English English Indonesian Indonesian
oleh

Dua Pertunjukan “Pandora” dan “Dalang dan Tongkat” Teater Kampus Unhas, Wakil Rektor I Beri Apresiasi

FAJAR, MAKASSAR- Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Kampus Unhas (TKU) kembali menyuguhkan pementasan teater yang memukau dengan judul produksi “Sophia” di Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas. Pertunjukan yang berlangsung pada Minggu dimulai pukul 14.00 WITA hingga sore hari. Dihadiri oleh sekitar 900 penonton, termasuk Wakil Rektor I Unhas, Prof Muhammad Ruslin.

Pementasan “Sophia” mengangkat tema “Abra Anarawata,” yang berasal dari bahasa Sanskerta. “Abra” berarti “senantiasa,” sementara “Anarawata” berarti “gemerlap,” dan “Sophia” sendiri memiliki arti “kebijaksanaan.”

Berbagai item pementasan ditampilkan, termasuk tari Paduppa, serta dua teater utama, yaitu “Pandora” dan “Dalang dan Tongkat.” Keduanya mengusung tema yang menyinggung persoalan perempuan dalam kehidupan sosial.

Akhdan, sutradara teater “Pandora,” dan Bella, sutradara teater “Dalang dan Tongkat,” berhasil menyuguhkan pementasan yang sarat emosi. Cerita “Dalang dan Tongkat” mengisahkan tentang obsesi cinta seorang asisten rumah tangga (ART) terhadap tuannya.

Adegan Dalang dan Tongkat

Dalam cerita tragis ini, ART yang terobsesi tersebut melihat tuannya sebagai “tongkat” atau penopang hidupnya. Namun, cintanya tak berbalas karena tuannya masih setia mencintai istrinya. Konflik memuncak saat ART membunuh istri sang tuan yang disekap dalam sebuah ruangan, yang akhirnya berujung pada keputusan tragis tuannya untuk mengakhiri hidupnya.

Usai pementasan, Prof Muhammad Ruslin menyampaikan apresiasinya terhadap karya TKU. “Saya menyaksikan langsung dan saya sudah mengikuti tiga tahun berturut-turut aktivitas dari teman-teman dari Teater Kampus Unhas, dan mereka luar biasa dalam menulis naskahnya,” ujarnya.

Dia juga mengusulkan agar Akhdan, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2020 yang menulis naskah “Pandora,” mendapatkan rekognisi tugas akhir atas karyanya. Tak perlu skripsi karena sudah berkarya. “Menulis naskah dan menyutradarai teater yang disaksikan ratusan orang,” ungkap WR I Unhas ini.

Bahkan, Prof Ruslin mengaku sudah berbicara lewat telepon dengan Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas, Prof Akin Duli menyampaikan terkait Rekognisi Tugas Akhir tersebut. Apalagi, Rismayanti, Sekretaris Departemen Sastra Indonesia FIB Unhas turut menyaksikan pertunjukan tersebut. Akhdan sisa membuat laporan karyanya.

Penulis senior, Hasmi Ibrahim, yang hadir juga memberikan apresiasi terhadap dua karya teater TKU. Hasmi menyampaikan bahwa pada masanya, hasil tulisan tangannya digunakan untuk membuat logo Teater Kampus Unhas yang berbentuk aksara Lontara (TKU). Menurutnya, Teater Kampus Unhas sebenarnya merupakan wadah bagi para mahasiswa yang meminati dunia teater untuk belajar. Dunia teater adalah dunia aktivisme.

“Jadi, saya kira ini adalah wadah yang bagus di mana selain bakat dan kemampuan, juga terlihat kerja keras dan etos kerja. Hal ini dapat menjadi modal bagi para mahasiswa untuk eksis, menjadi yang terbaik, dan mandiri,” ungkap seniman yang akrab disapa Kak Ami ini.

Terutama dalam menyalurkan dan mengartikulasikan pikiran-pikiran mereka sebagai mahasiswa, hal ini sangat penting. “Kedua, terkait pertunjukannya sendiri, saya kira sebagai teater kampus atau teater mahasiswa sudah cukup baik. Mungkin hanya perlu sedikit pembenahan teknis, tetapi secara keseluruhan sudah cukup menarik untuk dapat bersaing dengan kelompok-kelompok teater di luar,” papar penulis buku “Pakarena” -esai dan kritik terhadap kesenian di Sulawesi Selatan ini.

Pementasan ini bukan hanya menjadi ajang penyaluran bakat seni, tetapi juga sebuah pengakuan akan pentingnya kreativitas mahasiswa dalam mengembangkan potensi akademik dan non-akademik di Universitas Hasanuddin. (*)

News Feed