English English Indonesian Indonesian
oleh

Kisah Tiga Sahabat dan Kue Benang Kusut

Mentari pagi baru saja mengintip dari balik pepohonan. Anah terbangun dari tidur. Gadis berusia 17 tahun itu tersenyum lebar, mengingat rencana yang telah ia susun bersama kedua sahabatnya. Hari ini, mereka akan membuat kue benang kusut untuk dijual di pasar esok.

Anah bergegas mandi dan bersiap-siap. Ia mengenakan kaus dan celana pendek yang nyaman untuk memasak. Setelah sarapan singkat, ia mendengar ketukan di pintu depan.

“Anah! Kau sudah siap?” terdengar suara riang Sinta dari luar.

Anah membuka pintu, disambut oleh senyuman lebar Sinta dan Kaila. Kedua sahabatnya itu juga mengenakan pakaian santai dan praktis.

“Ayo masuk!” ajak Anah. “Aku sudah menyiapkan bahannya di dapur.”

Ketiga gadis itu pun masuk ke dalam rumah Anah. Mereka langsung menuju ke dapur yang sudah disiapkan Anah sebelumnya. Di atas meja, berbagai bahan untuk membuat kue benang kusut telah tersusun rapi.

“Baiklah, teman-teman…,” ujar Anah sambil menepuk tangannya. “Ayo kita mulai! Sinta, tolong ambilkan tepung beras dan gula dari lemari itu. Kaila, bisa tolong siapkan bahan lainya?”

Sinta dan Kaila mengangguk, segera melaksanakan tugas masing-masing. Sementara itu, Anah mulai mencampur bahan-bahan dalam sebuah mangkuk besar.

“Kalian tahu tidak,” kata Anah sambil mengaduk adonan, “dalam bahasa Bugis, kue ini disebut beppa nennu-nennu.”

Sinta mengangguk. “Iya, aku pernah dengar dari nenekku. Katanya, kue ini selalu ada di acara-acara penting, ya?”

“Betul sekali,” jawab Kaila. “Mulai dari syukuran, upacara adat, sampai pernikahan. Rasanya tidak lengkap kalau tidak ada kue benang kusut.”

News Feed