FAJAR, JAMBI–Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menyatakan mereka berusaha mengantisipasi ancaman bencana di Indonesia, termasuk megathrust. Caranya dengan berupaya memaksimalkan kampung siaga bencana.
Ia ingin masyarakat bisa lebih siaga dalam menghadapi bencana dan risiko timbulnya korban jiwa akibat bencana bisa ditekan.
“Memang harus disiapkan. Ya, kita semua takut, aku pun takut. Tapi memang harus disiapkan. Kadang kan kalau kita ngomong baik-baik saja, mereka nggak siap,” ujarnya ditemui usai meninjau Sentra Alyatama di Jambi, Rabu (21/8) dikutip dari JawaPos.com.
Dalam program ini, pelatihan siaga bencana difokuskan langsung pada masyarakat. Kesiapan menghadapi bencana tak lagi hanya ditanggung petugas-petugas tertentu.
Warga dilatih proses evakuasi ketika ada peringatan bencana. Sistem peringatan dini juga akan dibangun dengan melibatkan pihak-pihak terkait.
Misalnya di wilayah Mentawai, Sumatera Barat, saat ini Kemensos bekerja sama dengan BMKG untuk melakukan pemetaan mengenai megathrust di wilayah tersebut.
Tim juga memberikan pelatihan terkait bahaya tsunami dan cara evakuasi. Selanjutnya, di daerah Gunung Marapi, Kemensos menggandeng Kementerian ESDM yang paham mengenai aliran api untuk mendesain jalur evakuasi.
“Wilayah Indonesia itu cukup besar. Satu kecamatan kadang butuh 2–3 jam dari pusat kota. Jadi tidak bisa lagi model seperti dulu, posko tersentral, misal kantor kabupaten atau provinsi,” jelasnya.
Sejauh ini, sudah ada 1.132 kampung siaga bencana di Indonesia. Jumlah terbanyak berada di Jawa Barat dengan 135 lokasi.