English English Indonesian Indonesian
oleh

Hamid Awaluddin Urai “Etos 4 Jusuf”: Dari Syekh Yusuf, Jenderal Jusuf, Bacharuddin Jusuf Habibie hingga Jusuf Kalla

FAJAR, MAKASSAR-Prof. Hamid Awaluddin, penggagas seminar “4 Ethos 4 Jusuf,” menguraikan sejumlah pemikiran terkait empat tokoh besar asal Sulawesi Selatan yang bernama Jusuf.

Seminar ini akan membahas empat tokoh besar, yaitu Syekh Yusuf (ulama terkenal yang juga dikenal sebagai Tuanta Salamaka ri Gowa), Jenderal Jusuf (tokoh militer Indonesia), Bacharuddin Jusuf Habibie (Presiden RI yang ke-3), dan HM Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI yang ke-10 dan ke-12).

Seminar internasional ini akan diadakan di Hotel Unhas, Senin, 2 September mendatang. Seminar ini dimulai pagi hari dengan peserta sekitar 500 orang dari berbagai segmen sosial, termasuk tokoh agama, anak muda, birokrat, dan politikus. Seminar ini untuk memahami empat etos Jusuf dalam konteks Bugis-Makassar.

Mantan Menteri Hukum dan HAM RI tersebut menyampaikan, ide dasar seminar ini adalah bagaimana bisa menarik kearifan lokal dalam praktik kehidupan kita.

Kearifan lokal di Sulsel berakar pada beberapa nilai dasar, seperti kejujuran yang bisa diterjemahkan sebagai integritas; keberanian; dan kecerdasan, yang dalam etos Bugis-Makassar sering disimbolkan dengan ‘Topanrita,’ yang berarti seorang pendeta atau seseorang yang kaya akan ilmu.

Selain itu, terdapat juga konsep ‘asogireng,’ yang berarti kekayaan, tetapi tidak hanya dalam bentuk harta, melainkan juga bisa berupa imajinasi, inovasi, dan sebagainya.

Menurut Prof. Hamid, ia ingin mengangkat kearifan lokal Sulawesi Selatan ini dalam bentuk praktik nyata. Kebetulan, ada empat tokoh yang diasosiasikan sebagai orang Sulawesi Selatan, Makassar, atau Bugis-Makassar, dan mereka semua bernama Jusuf.

Tokoh-tokoh tersebut adalah Syekh Yusuf, Jenderal Jusuf, Baharuddin Jusuf Habibie, dan Muhammad Jusuf Kalla. Oleh karena itu, tema seminar ini adalah ‘Empat Etos Empat Jusuf’.

Kata dia, keempat tokoh ini diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin di level nasional. Kebijakan-kebijakan yang mereka buat akan dibahas sebagai refleksi dari empat etos tersebut.

Sebagai contoh, keberanian Syekh Yusuf yang luar biasa dalam menantang kolonialisme, meskipun menerima risiko dibuang ke Sri Lanka, Banten, dan akhirnya ke Afrika Selatan, menunjukkan keberaniannya. Syekh Yusuf juga sangat cerdas sebagai seorang guru agama.

Jenderal Jusuf juga luar biasa dalam mengambil berbagai kebijakan nasional. Integritasnya terlihat ketika ia menjadi pejabat, meskipun mengelola anggaran militer yang besar, tidak pernah ada isu korupsi yang melibatkan Jenderal Jusuf.

Pak Habibie hingga kini dianggap sebagai representasi kecerdasan teknologi, sementara Pak Jusuf Kalla adalah representasi keberanian dalam mengambil kebijakan luar biasa.

Contohnya, ketika selama puluhan tahun ibu-ibu memasak dengan minyak tanah, Jusuf Kalla tiba-tiba menghentikan penggunaan minyak tanah dan menggantinya dengan gas. Banyak orang meragukan kebijakan ini, tetapi ternyata berhasil. Gaya hidup masyarakat berubah karena kebijakan tersebut, yang menunjukkan keberanian yang luar biasa.

Ada banyak kisah dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh keempat Jusuf ini. “Itulah yang ingin kita angkat,” ujar Hamid Awaluddin, “bahwa kearifan lokal tidak hanya berlaku secara lokal, tetapi juga bisa diterapkan pada tingkat yang lebih tinggi dan ternyata sukses. Itulah tujuan dari diskusi ini.”

Siapa saja pembicara dalam seminar ini? Dimulai dengan pembahasan tentang budaya Bugis-Makassar oleh Prof. Nurhayati Rahman, seorang ahli La Galigo. Setelah itu, ada Profesor Ito Makato, seorang Profesor dari Jepang yang memahami budaya Bugis.

Kemudian, ada Douglas, seorang warga negara Kanada yang bahasa Bugisnya jauh lebih baik dan sangat memahami kehidupan masyarakat Bugis-Makassar masa kini. Ini adalah satu sesi setelah gambaran umum tentang kearifan lokal orang Bugis-Makassar.

Selanjutnya, akan ada pembahasan mengenai siapa Syekh Yusuf dan apa dedikasinya, yang akan disampaikan oleh Ebrahim Rasool, mantan duta besar Afrika Selatan untuk Amerika. Dia akan berbicara tentang Syekh Yusuf di Afrika Selatan.

Ada cerita menarik ketika Mandela ditahan, seseorang berkata bahwa penderitaan Mandela luar biasa. Namun, Mandela menjawab bahwa penderitaannya tidak sebanding dengan penderitaan Syekh Yusuf yang dibuang dari negerinya, namun tetap bertahan dan menjadi tokoh. Mandela sangat mengagumi Syekh Yusuf.

Kemudian, Anhar Gonggong, seorang sejarawan, akan berbicara tentang Syekh Yusuf dalam konteks Indonesia. Dia akan mengulas perjalanan Syekh Yusuf dari Sulawesi Selatan ke Banten hingga ke Sri Lanka.

Jenderal Jusuf dan dedikasinya akan dibahas oleh Pak Jusuf Kalla. Salah satu cerita yang sering diangkat adalah bagaimana Jenderal Jusuf, setelah berunding dengan Kahar Muzakkar tanpa mencapai kesepakatan, memberikan waktu tiga hari sebelum melanjutkan perang lagi, yang menunjukkan sikap ksatria.

BJ Habibie akan dibahas oleh putranya sendiri, Ilham Habibie. “Sedangkan Jusuf Kalla, setelah banyak perdebatan, akhirnya meminta saya untuk berbicara tentang dirinya karena dianggap paling mengerti dirinya,” ujar Hamid Awaluddin.

Setelah sesi kedua selesai, akan ada sesi untuk menyimpulkan apa yang telah dibahas sepanjang hari itu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, kecerdasan, dan kekayaan adalah nilai-nilai yang bersifat universal, bukan hanya milik Bugis-Makassar.

Sebelumnya, Universitas Hasanuddin (Unhas) meluncurkan Seminar Internasional dengan tema “4 Ethos 4 Jusuf” sebagai bagian dari peringatan Dies Natalis ke-68 Unhas di Lantai 8 Gedung Rektorat Unhas, Kamis, 15 Agustus.

Hadir dalam peluncuran tersebut Rektor Unhas Prof. Jamaluddin Jompa, Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas Prof. Akin Duli, Wakil Dekan 3 FIB Unhas Kaharuddin sebagai pelaksana Dies Natalis Unhas, dan Kepala Humas Unhas Ahmad Bahar.

Penggagas seminar, Prof. Hamid Awaluddin, mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, serta Chief Corporate Secretary, Legal & Marketing Officer KALLA, Subhan Djaya Mappaturung, juga turut hadir. (*/)

News Feed