English English Indonesian Indonesian
oleh

Jika Kandidat Lawan Kotak Kosong di Pilkada Bone, Pengamat: Bisa Jadi Ancaman Kalau Ketidakpuasan Dikelola dengan Baik

FAJAR, BONE-Peluang adanya kotak kosong pada Pilkada 2024 di Bone mulai mencuat. Hal ini bisa terjadi jika dua bakal calon lainnya belum mampu mendapatkan dukungan kursi yang cukup untuk maju. Saat ini, hanya satu pasangan calon yang sudah mengantongi tiket untuk berlaga pada Pilkada, yaitu Andi Asman Sulaiman dan Andi Akmal Pasluddin, yang didukung Nasdem, Demokrat, dan PKS dengan total 12 kursi.

Sementara itu, dua bakal calon lainnya, yaitu Andi Islamuddin dan Andi Rio Idris Padjalangi, masih dalam posisi belum pasti. Andi Islamuddin baru diusung oleh

PKB dengan 7 kursi dan masih membutuhkan 2 kursi lagi. Sedangkan nasib Andi Rio belum jelas, meskipun sudah mengantongi rekomendasi dari DPD, namun belum mendapatkan dukungan resmi dari DPP.

Pengamat politik dan mantan Ketua KPU Bone, Aksi Hamzah, menilai peluang kotak kosong di Bone bukan tanpa alasan, terutama jika melihat konteks Pilkada Sulsel. Menurutnya, Andi Sudirman Sulaiman, yang menjadi bakal calon gubernur, tentu menginginkan Bone sebagai sumber utama perolehan suara.

Hal ini lebih mudah dicapai jika Pilkada Bone hanya menghadapi kotak kosong, karena tidak ada calon bupati lain yang mengampanyekan calon gubernur yang berbeda.

Namun, bisa juga terjadi sebaliknya. Jika Andi Sudirman melawan kotak kosong di Pilgub Sulsel, maka Pilkada Bone mungkin tidak perlu menghadapi kotak kosong.

Yang lebih ekstrem, jika Pilkada Bupati dan Pilkada Gubernur sama-sama melawan kotak kosong, hal ini bisa menjadi strategi yang menguntungkan bagi kubu Andi Sudirman dan Andi Asman Sulaiman. Namun, tantangan tetap ada, yaitu dari masyarakat yang tidak puas dan calon yang tidak jadi. Jika ketidakpuasan ini dikelola dengan baik oleh pihak lain, maka bisa menjadi ancaman bagi kubu Andi Asman maupun Andi Sudirman.

Aksi juga menambahkan, dinamika politik masih akan terus berjalan, dengan banyak kemungkinan yang bisa terjadi. “Dinamika komunikasi antar-elite politik masih terus berlangsung dan terbuka. Setiap saat bisa berubah sampai KPUD menetapkan pasangan calonnya,” ujarnya. (an/ham)

News Feed