“Apa yang harus dipersiapkan? Satu, pesawat kargonya, freighter untuk mengangkut cargo dari Sulawesi ke IKN. Kedua, tentunya bandaranya harus dilengkapi sekarang, misal cold storage karena wilayah Sulawesi banyak sea product (produk laut), itu perlu ditambah,” papar Asri.
Selain infrastruktur, Asri melihat bahwa sumber daya pada sektor penerbangan di Sulawesi Selatan masih perlu ditingkatkan. Keberadaan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin harus didukung dengan kompetensi sumber daya yang melimpah, khususnya yang berasal dari Sulsel sendiri.
“Kemudian perlu adanya kolaborasi antara Kementerian Perhubungan dengan Kementerian Pendidikan. Kenapa?, tentunya ini akan menunjang peningkatan SDM melalui pendidikan-pendidikan. Kolaborasi yang baik ini, ketiga faktor ini akan menunjang kelancaran IKN,” ulas Asri.
Keberadaan IKN secara timbal balik akan berdampak baik bagi Sulsel. Misalnya, pada sektor geliat pembangunan, perdagangan, hingga pariwisata. Lanjut Asri, perlu ada sinergi antara ketiga sektor tersebut untuk menentukan langkah progresif.
Di satu sisi otoritas bandara mulai bisa memetakan rute-rute penerbangan dari dan ke arah Makassar untuk menyesuaikan frekuensi penerbangannya. “Harus ada kepastian antara penumpang dengan ketersediaan seat dari pesawat,” imbuhnya.
Di sisi lain, pemerintah daerah mulai meningkatkan informasi terkait keberadaan potensi-potensi pariwisatanya, serta sarana-sarana yang menjadi tren dari objek wisata tersebut.
“Memang ini lah kolaborasi kita baik dengan pendidikan, perhubungan, pariwisata, media, itu memang kita harus kolaborasi,” kuncinya. (uca)