Laporan ini juga mengungkapkan bahwa hanya 58 persen negara yang menjadikan pendidikan jasmani sebagai mata pelajaran wajib bagi siswa perempuan. Selain itu, di seluruh dunia, hanya 7 persen sekolah yang berhasil menerapkan kebijakan, di mana siswa laki-laki dan perempuan mendapatkan jumlah waktu yang sama untuk pendidikan jasmani.
Lebih lanjut, terungkap fakta bahwa kurang dari setengah guru sekolah dasar telah menerima pelatihan khusus di bidang pendidikan jasmani. Tidak sebatas itu, laporan ini juga menyoroti perbedaan yang cukup signifikan dalam pengalokasian dana untuk pendidikan jasmani di berbagai negara: dua pertiga negara hanya mengalokasikan kurang dari 2 persen dari total anggaran pendidikan mereka untuk pendidikan jasmani. Sementara sekitar satu dari sepuluh negara mengalokasikan anggaran lebih dari 7 persen.
Investasi yang menguntungkan
UNESCO menunjukkan bahwa pendidikan jasmani menawarkan banyak keuntungan. Menurut serangkaian penelitian yang didukung oleh PBB, pendidikan jasmani dapat mengurangi tingkat obesitas siswa sebesar 30 persen, meningkatkan hasil ujian bagi 40 perse siswa, dan membantu mencegah depresi dan kecemasan, khususnya bagi siswa perempuan. Pendidikan jasmani juga dapat meningkatkan kehadiran sekolah hingga 20 persen dan memperbaiki perilaku di sekolah hingga 60 persen
.
Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, telah mempresentasikan hasil laporan ini dan rekomendasi UNESCO kepada kepala negara dan pemerintah pada KTT Olahraga dan Pembangunan Bekelanjutan yang diselenggarakan oleh Perancis dan Komite Olimpiade Internasional (IOC), bekerja sama dengan Agensi Pembangunan Perancis (AFD) di Carrousel du Louvre.