Kurangnya literasi digital pada generasi alfa, maka mereka akan rentan terhadap kejahatan siber seperti bullying dan penipuan online. Anak-anak dengan usia ini bisa saja menggunakan sosial media dengan menyebarkan informasi pribadi kepada publik, mengunggah foto disertai alamat lengkap akan mengundang pelaku kejahatan.
Pun pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melihat generasi ini harus mendapat perhatian khusus sehingga diluncurkan program “Literasi Digital Nasional” yang digelar di kabupaten dan kota se-Indonesia. Untuk menggaet masyarakat usia muda, program ini tidak hanya diisi dengan talkshow dengan narasumber influencer muda dan pakar sosial media yang cukup terkenal tapi juga menghadirkan konser gratis dengan artis yang diminati anak muda.
Tidak hanya itu, literasi digital pada beberapa sekolah juga telah masuk dalam kurikulum belajar tingkat PAUD dan sekolah dasar. Dengan masuknya literasi digital kedalam kurikulum belajar anak usia dini menjadikan anak melek digital sejak awal. Apalagi generasi alfa ini telah disuguhi dengan gadget sejak dini bahkan sejak masih balita oleh orang tua mereka, bermain menggunakan gadget, saat mereka menangis diberi tontonan youtube sehingga gadget bukan barang baru bagi generasi alfa. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan akan semakin memudahkan anak menggunakan gadget tanpa pengawasan sehingga anak harus memiliki pengetahuan sejak dini dan aware dengan kejahatan online.
Paham akan literasi digital seseorang (netizen) tentu memiliki kemampuan menggunakan berbagai media sosial untuk menganalisis, mengakses dan mengolah informasi secara aktif. Sehingga cerdas dalam memanfaatkan media sosial bukan hanya sekedar menjadi pengguna sosial media saja.