English English Indonesian Indonesian
oleh

Ma’refat Institute Bahas Islam, Peran Pemuka Agama, dan Kerusakan Lingkungan

Menurut Muttaqin, sebetulnya berkenaan dengan masalah lingkungan, saya sepakat dengan Prof Firdaus, bahwa tidak ada larangan dalam mengelola alam, karena memang manusia ditugaskan oleh Tuhan
sebagai khalifah untuk mengelola dan memakmurkan bumi.

Cuma memang yang dipertanyakan oleh para aktivis dan pegiat lingkungan, adalah seberapa mampukah ormas agama ini melakukan pekerjaan tambang. Karena pekerjaan tambang ini, bukan pekerjaan yang kecil, butuh tata kelola yang baik, dana yang besar serta secara profesional memiliki SDM yang memadai.

Kemudian, lanjutnya, pergulatan soal lingkungan ini tidak bisa dipisahkan dari problem ideologis. Misalnya dalam menjawab berbagai problem lingkungan ini, di dunia Barat, ketika lingkungan dikelola melalui pandangan/paradigma Antroposentrisme Ekstrem, yang cenderung mengeksploitasi alam. Inilah yang dianggap sebagai akar masalah kerusakan lingkungan.

Kemudian muncullah pemahaman Ekosentrisme lewat Deep Ecology (Ekologi Dalam) yang menggeser pemahaman Antroposentris ini (Ekologi Dangkal). Kemudian ada pandangan Social Ecology (Ekologi Sosial), yang menyebutkan bahwa permasalahan lingkungan disebabkan oleh faktor-faktor sosial seperti ketidakadilan, kapitalisme, dan penindasan manusia oleh manusia.

Berikutnya muncul pula Ekofeminisme, yang menyebutkan akar masalah lingkungan yang terjadi hari ini karena budaya patriarkal Barat yang mengeksploitasi wanita dan alam. Ini akan menunjukkan bahwa ada pertarungan paradigma/ideologi dalam masalah lingkungan di Barat. Lantas, mengapa Islam tidak tampil merespons apa yang sedang terjadi?

News Feed