“Ketakutan kami berlipat ganda, terutama setelah pembantaian Mawasi dan serangan terhadap sekolah tanpa peringatan apapun,” katanya.
Dia merujuk pada serangan di Khan Younis yang ditetapkan sebagai “zona aman” oleh Israel, yang menewaskan sedikitnya 90 warga Palestina dan melukai ratusan lainnya awal bulan ini.
Israel mengklaim bahwa serangan itu menargetkan pemimpin militer Hamas Mohammed Deif, namun kelompok perlawanan Palestina membantah bahwa Deif telah diserang.
Kefarne menggarisbawahi perlunya dukungan psikologis dan sosial bagi para pengungsi dan membantu mereka melepaskan energi negatif.
Dia juga mendesak perluasan dukungan psikologis bagi para ibu untuk membantu anak-anak dalam mengatasi kondisi kehidupan yang sulit selama serangan Israel.
Cemelat el-Mısri, 11, yang berpartisipasi dalam acara tersebut, menceritakan bagaimana Khan Yunis menjadi sasaran serangan baru-baru ini yang menimbulkan ketakutan besar dan membuat orang mengungsi karena takut.
“Kami hidup dalam ketakutan, namun dengan adanya aktivitas dukungan psikologis dan sosial, suasana berubah total. Kami melupakan perang dan ketakutan serta menikmati aktivitas yang menyenangkan,” ujarnya.
El-Mısri menyatakan keinginannya agar serangan tersebut segera berakhir sehingga warga dapat kembali ke rumah dan sekolah mereka. Dia juga memiliki harapan untuk perdamaian dan kembalinya keadaan normal. (amr)