Jalur rempah, tidak hanya menjadi jalur perluasan kekuasaan Makassar, tetapi juga bangsa Eropa terutama Belanda di Nusantara. Demi mempertahakan kebijakan pelabuhan dan pelayaran bebas, Sultan Makassar menghadapi kekuatan Belanda dan sekutunya dalam perang perebutan jalur rempah (Perang Makassar; 1666-1669). Perang ini berakhir dengan kekalahan Makassar yang menandai awal kolonialisme Belanda. Efek politik jalur rempah juga dirasakan oleh penduduk di daerah produksi dan penyangga jalur rempah.
Semua fakta tersebut mewariskan ingatan kolektif masa lalu Indonesia yang dibentuk oleh perdagangan dan jalur rempah. Realitas keberagaman (kebudayaan) dan keberagamaan (agama) kita sekarang adalah warisan rempah. Wawasan rempah tidak hanya dipahami sebagai satu frame masa lalu, tetapi bagaimana ia berkontribusi dalam melahirkan kesadaran bersama untuk menjadi Indonesia. Kalau begitu, maka sepatutnya semua daerah di Indonesia mengambil bagian dalam usaha memajukan Jalur Rempah menjadi Warisan Budaya Dunia. (*)