English English Indonesian Indonesian
oleh

Arah Nilai Tukar Rupiah

Menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya merujuk pada ekonom dari University of Maryland, College Park, AS, Kalemli-Ozcan (2019), yang memperkenalkan konsep Global Financial Cycle (GFC). Konsep GFC menyatakan bahwa perubahan kondisi keuangan global dipicu oleh perubahan kebijakan moneter AS.

Hal ini dimungkinkan mengingat peranan mata uang dollar AS yang sangat dominan dalam perdagangan valuta asing global, yaitu sekitar 88% dari total transaksi 7,5 trilyun dollar AS pada tahun 2022.

Sejalan dengan itu, terdapat dua indikator penting untuk memproyeksi arah kebijakan moneter AS, yaitu tren consumer price index (CPI) inflation dan employment rate. Hal ini terkait dengan target The Fed sesuai mandat, yaitu mencapai CPI inflation dan employment rate sebesar 2% dalam jangka panjang.

Data CPI inflation AS hingga Juni 2024 mengalami penurunan menjadi 3% dari posisi Mei 2024 sebesar 3,3%. Sementara data pengangguran menunjukkan peningkatan, yaitu dari 4% Mei 2024 menjadi 4,1% Juni 2024. Hal ini sejalan dengan pendekatan Phillips curve yang menyatakan adanya hubungan negatif dan stabil antara inflasi dan pengangguran.

Namun demikian, CPI iflation AS dan employment rate masih jauh dari target The Fed 2%. Dimana kredibilitas The Fed diukur berdasarkan pencapaian besaran CPI inflation dan employment rate. Sehingga diprediksi bahwa suku bunga The Fed, Federal Fund Rate (FFR) akan bertahan sebesar 5,25% hingga inflasi CPI dan employment rate sesuai target 2%.

Tingginya suku bunga The Fed akan mempengaruhi persepsi resiko investor global dalam memegang asset keuangan EMEs. Investor global akan cenderung memegang asset keuangan AS dengan pendapatan bunga lebih tinggi dengan profil resiko lebih baik.

News Feed