SIDRAP, FAJAR — Kabupaten Sidrap dilanda demam berdarah dengue (DBD). Dinas Kesehatan (Diskes) dituding tak cepat mengantisipasi.
“Ini sebenarnya wabah begini bukan tahun ini saja. Tahun sebelumnya selalu ada. Setiap tahun ada,” kata Ketua Komisi I DPRD Sidrap Samsumarlin, Selasa, 16 Juli.
Sikap kurang respons dari diskes menyebabkan korban DBD berjatuhan. Sejauh ini, sudah dua orang meninggal tahun ini akibat DBD di Sidrap. Seharusnya pihak diskes melakukan fogging (penyemprotan) jauh-jauh hari.
“Pemerintah daerah kenapa tidak memperadakan fogging. Itu, kan, sudah tidak ada semua,” ketus legislator Nasdem ini.
Kasus DBD seharusnya bisa dicegah jauh-jauh hari. Diskes harusnya responsif mencegah kasus terjadi secara meluas.
“Kemudian langkah antisipasinya harus kita responsif persoalan ini, jangan baru ada kejadian. Kan ada musimnya. Sebelum itu kita harus antisipasi memang,” ungkap Ketua Nasdem Sidrap ini.
Sebelumnya, Diskes Sidrap mencatat periode Januari hingga Juli 2024 tercatat 300 kasus DBD dengan dua pasien meninggal. Dari laporan angka kasus DBD per puskesmas di Sidrap, Puskesmas Pangkajene menyumbang pasien DBD terbanyak dengan 77 pasien.
Kemudian Puskesmas Amparita 71 kasus, Bilokka 57 kasus, Lawawoi 43 kasus, Empagae 16 kasus. Selanjutnya, Rappang 11 kasus, Belawae 10 kasus, Baranti 6 kasus, Lancirang 4 kasus, dan Puskesmas Manisa 2 kasus. Puskesmas Kulo, Dongi dan Puskesmas Tandrutedong mesing-masing menyumbang 1 kasus pasien DBD.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Sidrap dr Ishak Kenre mengatakan memang saat ini musim pancaroba.