GOWA, FAJAR — Dua jam empat puluh menit Adnan Purichta Ichsan “berkantor” di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syekh Yusuf, Senin, 15 Juli. Bupati Gowa itu melakukan inspeksi mendadak (sidak).
Sidak itu menyusil viral pasien yang tidak mendapatkan perawatan di RSUD Syekh Yusuf hingga meninggal dunia beberapa waktu lalu. Adnan sidak pukul 10.20 hingga 13.00 Wita. Beberapa ruangan diinspeksi. Termasuk meninjau progres pembangunan gedung baru.
“Kemarin kita melihat pemberitaan di media ada terkait dengan pasien yang meninggal karena katanya tidak diberikan perawatan,” ucap Adnan.
Adnan merespons informasi itu dengan langsung memanggil seluruh manajemen rumah sakit. Lalu melakukan sidak didampingi oleh BKPSDM dan Inspektorat Gowa untuk mendapatkan kejelasan.
Dari situ ditemukan bahwa pasien saat dirujuk dari Puskesmas Parangloe, tingkat kesadarannya di angka 3, yang normalnya 15. Sudah masuk dalam kategori sangat sekarat.
“Di sini juga lagi penuh-penuhnya, jadi yang ada di UGD maupun yang ada di kamar-kamar perawatan yang ada ICU itu semuanya penuh,” terang Adnan.
Sistem rujuk juga bermasalah. Saat Puskesmas Parangloe akan merujuk pasien, RSUD sudah menyampaikan ruangan penuh. Tiada kamar tersedia, sembari meminta nakes puskesmas merujuknya ke RS lain.
Di sinilah terjadi miskomunikasi. Makanya, Inspektorat akan memeriksa pihak puskesmas dan RSUD. Akan ada sanksi bagi pihak yang dianggap lalai.
Alat Rusak
Saat sidak, Adnan mendapatkan beberapa alat kesehatan rusak. Dia menegaskan tahun ini masuk penganggaran untuk diperbaiki. Ada USG, CT-scan, dan lainnya. Situasi ini yang menyebabkan antrean panjang. Beberapa AC juga rusak.
“Tahun ini semua akan diperbaiki secara keseluruhan sehingga tidak ada lagi antrean panjang,” janjinya.
Direktur RSUD Syekh Yusuf drg Rahmawati akan memanggil semua bidang dan bertemu dengan pihak Puskesmas untuk membicarakan kasus pasien meninggal tak tertangani.
“Duduk sama-sama membicarakan hal tersebut agar tidak ada salah paham,” katanya.
Saat kejadian, ruangan RS sudah penuh. Pasien membutuhkan alat bantu monitor, sementara alat tersebut terpakai semua. Apalagi, hanya ada dua monitor. Saat ini kapasitas IGD hanya 34 pasien.
“Kami akan berusaha memperbaiki semua yang kurang dan memang CT-scan dan alat USG itu rusak,” terangnya. (sae/zuk)