SENGKANG, FAJAR — Pelayanan oto dottoro di Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo mendapat sorotan. Warga sudah kritis, namun lambat merespons.
Hal itu dialami oleh warga Kelurahan Cempalagi, Mustari. Bapak satu anak ini jatuh dan pingsan saat hendak ke toilet pada Minggu malam, 14 Juli.
“Lama tidak sadarkan diri di rumah. Sekitar 5 menit lebih, baru dilarikan ke RSUD Lamaddukelleng,” ujar istri Mustari, Rahma, Senin,15 Juli.
Tetangga setempat sudah berupaya melakukan pertolongan dengan menghubungi pelayanan oto dottoro. Namun yang diharapkan tidak sesuai kenyataan.
“Saya sudah hubungi kontak pelayanan oto dottoro. Saya sampaikan emergensi, gawat darurat. Tapi operator yang ditelepon lambat, banyak sekali pertanyaannya,” tambah warga lainnya, Iman.
Dalam kondisi kegawatdaruratan, semestinya pelayanan oto dottoro langsung merespons laporan warga dengan datang ke lokasi. Tidak melemparkan pertanyaan yang begitu banyak.
Usai tiba di RSUD Lamaddukelleng dengan menggunakan mobil warga pukul 20.48 Wita, nyawa Mustari tidak tertolong di ruangan IGD.
“Sempat di EKG sama dokter. Dokter bilang terlambat dibawa ke RS,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Wajo drg Armin menyampaikan Public Safety Center (PSC) Oto Dottoro tergabung dari beberapa OPD. Bukan hanya diskes. “Untuk operator yang dimaksud itu orang dari Diskominfotik,” tuturnya.
Terkait tak responsif, pihaknya berjanji melakukan perbaikan dalam pelayanan oto dottoro kepada masyarakat. “Akan kami sampaikan kepada operatornya untuk tidak banyak bertanya yang sifatnya emergensi,” tutupnya. (man/zuk)