English English Indonesian Indonesian
oleh

Mahasiswa KKNT Unhas Usung Ketahanan Pangan di Bontomanai

FAJAR, JENEPONTO-KKN Tematik Universitas Hasanuddin Gelombang 112 merancang sejumlah program di Desa Bontomanai, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto. Ketahanan pangan menjadi salah satu fokusnya. Hal tersebut dipaparkan mahasiswa KKN Unhas saat seminar program kerja, Selasa (09/07/2024).

Seminar tersebut diadakan atas permintaan masyarakat, yang mayoritasnya adalah petani beras ketan hitam dan cabai, yang selama ini mengalami kesulitan akibat hama dan fluktuasi harga cabai. Apalagi, Indonesia, sebagai negara agraris, sangat bergantung pada sektor pertanian sebagai salah satu penopang perekonomian.

Jeneponto, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan, dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras ketan hitam dan cabai. Namun, para petani di daerah ini sering menghadapi tantangan besar seperti serangan hama dan fluktuasi harga yang signifikan. Fluktuasi harga cabai, misalnya, dapat mencapai hingga 50% dalam waktu satu tahun, membuat pendapatan petani menjadi tidak stabil.

Apalagi sebagai mahasiswa sudah menjadi kewajiban untuk mengaplikasikan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan ilmu yang telah mereka peroleh agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa.

Lima program kerja utama pun mereka siapkan, yaitu: pengolahan cabai dan jagung menjadi produk kemasan, pemanfaatan limbah organik menjadi kerajinan tangan, pembuatan pupuk organik, pengelolaan keuangan sejak dini, dan mendukung pengembangan agrowisata. Pengolahan cabai dan jagung dilakukan untuk menghindari fluktuasi harga dan menghasilkan produk dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Andi Azhari, anggota posko Bontomanai, menyebutkan, menurut data Kementerian Pertanian, harga cabai di Indonesia dapat mengalami lonjakan hingga dua kali lipat dalam beberapa bulan. “Dengan mengolah cabai menjadi produk kemasan seperti saus dan sambal, petani dapat memastikan harga jual yang lebih stabil dan memperoleh nilai tambah yang lebih besar,” ujarnya dalam rilis (16/07/2024).

Limbah organik seperti kulit dan bonggol jagung dikreasikan menjadi kerajinan tangan yang dapat dijual kembali. Ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah limbah organik yang terbuang percuma. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, limbah organik menyumbang lebih dari 60% dari total limbah rumah tangga di Indonesia. Dengan memanfaatkan limbah ini, masyarakat dapat meningkatkan pendapatan sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Pelatihan pembuatan pupuk organik akan membantu para petani lepas dari ketergantungan pada pupuk kimia yang dapat mengurangi kesuburan tanah serta memiliki harga yang mahal. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa harga pupuk kimia mengalami kenaikan rata-rata 10% setiap tahun. Dengan pupuk organik, selain lebih ramah lingkungan, biaya produksi pertanian juga dapat ditekan.

“Pengelolaan keuangan sejak dini disosialisasikan di Sekolah Dasar dengan harapan mampu menciptakan petani yang cerdas dalam mengelola ekonomi keluarga. Menurut survei Bank Indonesia, literasi keuangan di kalangan masyarakat pedesaan masih rendah, sehingga program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengelola keuangan secara lebih bijak,” ujarnya.

Bukan hanya itu, pengembangan agrowisata dengan nama “Lembah Impian” telah dilakukan oleh pemerintah desa setempat beberapa tahun terakhir, dan posko KKN Tematik Desa Bontomanai mendukung penuh pengembangan tersebut. Agrowisata telah terbukti sebagai salah satu sektor yang dapat meningkatkan perekonomian lokal dengan menarik wisatawan.

Data dari Kementerian Pariwisata menunjukkan bahwa agrowisata mampu menyumbang hingga 15% dari total pendapatan pariwisata nasional. Rangkaian kegiatan seperti bazar produk, pembuatan 3D mapping, dan bioskop rakyat akan dilakukan dengan harapan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke lokasi tersebut.

Setelah seminar program kerja, akan diadakan pelatihan dan pendampingan selama 35 hari ke depan untuk masyarakat Desa Bontomanai. Dengan dukungan dari universitas, pemerintah setempat, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Rumbia, kata dia, diharapkan dapat bersinergi untuk menyukseskan semua program kerja yang telah diseminarkan. Adapun anggota posko Bontomanai terdiri dari Andi Azhari, Andres Aruanlinggi, Annisa Arianti, Adilah, Oktavian Evan Pabubung, Adhe Monika Yulia P., Andhiny Putri K., dan Zahra Aurielia M. (*)

News Feed