Kinerja positif pada bulan Maret dapat dilihat dari pertumbuhan laba bersih sebesar Rp1,46 triliun dan tumbuh 17 persen atau termasuk tertinggi di industri perbankan. Secara ratio keuangan juga cukup baik dengan ROE 18,3 persen, Net Interest Margin (NIM) sebesar 5,38 persen, Cost of Fund 2,5 persen dan NPF Net 0,5 dan NPF Gross 2 persen.
Dari sisi likuiditas BSI, dilihat dari rasio pembiayaan terhadap simpanan (financing to deposit ratio/FDR) berada di level 83,05 persen. Hal itu mengacu pada kinerja simpanan dan penyaluran pembiayaan perseroan hingga Maret 2024. Persentase FDR tersebut masih di dalam tingkatan yang ideal menurut Bank Indonesia (BI).
Sementara itu, hingga penutupan perdagangan bursa pada Rabu, 3 Juli, kapitalisasi pasar BRIS mencapai Rp114,17 triliun. Secara year to date (ytd), saham BRIS mengalami kenaikan 43,68 persen. Sepanjang tahun berjalan 2024, saham BRIS diperdagangkan di kisaran level Rp1.740-Rp2.850. Sementara pada Juni 2023 market cap BRIS sekitar Rp70 triliun hingga Rp77 triliun, sehingga secara YOY terdapat kenaikan sekitar 48 persen – 50 persen.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), rasio free float BRIS mencapai 9,92 persen. Dengan jumlah saham untuk indeks sebanyak 4,53 miliar lembar. Jumlah tersebut setara 0,89 persen terhadap bobot pada indeks.
Cahyo melanjutkan, data-data tersebut dan tercatatnya BRIS dalam indeks Pefindo i-Grade, dapat memberikan gambaran kepada investor mengenai BRIS yang memang memiliki investment grade yang baik.
“Ini menjadi acuan bagi investor di pasar modal Indonesia, bahwa peringkat investment grade-nya BRIS baik, sehingga sahamnya layak dikoleksi. Ini pun menjadi pendorong bagi kami untuk menjaga kinerja yang berkelanjutan karena pemeringkatan ini ada kurun waktunya. Kami ingin BRIS tetap dalam pemeringkatan yang positif secara jangka panjang dan konsisten menjadi saham yang layak investasi,” ujarnya optimistis.