English English Indonesian Indonesian
oleh

NPL, Pilihan Investasi, dan Edukasi Perbankan

Statistik perbankan Indonesia menunjukkan bahwa kredit sampai dengan April 2024 tumbuh 13,09 persen. Persentase itu lebih tinggi dari partumbuhan Maret 2024 sebesar 12,04 persen.

Ini berarti setiap bulan bertambah  Rp66,05 triliun atau 0,9 persen. Peningkatan pertumbuhan kredit paling banyak dinikmati oleh korporasi. Di lain pihak, non performance loan (NPL) atau kredit macet berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OKL) menujukkan adanya pertumbuhan sebesar 2,19 persen menjadi 2,35 persen.

Terjadi kenaikan NPL sebesar 0,16 persen. Sebenarnya posisi NPL 2,35 persen tersebut dari ketentuan OJK masih dianggap baik karena belum melebihi 5 persen. Sementara berdasarkan data OJK Sulsel posisi maret 2024 menunjukkan kredit diberikan untuk UMKM tumbuh 9,84 persen menjadi Rp60,90 triliun dengan NPL sebesar 4,79 persen.

Sedangkan untuk NPL kredit menengah ke atas sebesar 2,6 persen. Dari data tersebut menunjukkan bahwa bagi usaha UMKM pada umumnya saat ini tidak dalam keadaaan baik-baik saja. Padahal, apabila dibandingkan dengan tingkat perolehan bisnis riil yang minimal 3 persen perbulan, setahun menjadi 36 persen. Bunga bank untuk UMKM hanya 6-9 persen.

Seharusnya bisnis di sektor UMKM tidak menyumbang NPL sampai dengan 4,7 persen, mendekati ambang batas tidak sehat yang ditetapkan oleh OJK. Masih lebih bagus beli emas, karena terjadi kenaikan harga 18 persen saat ini dibandingkan 2023.

Memang secara empirik dari Mei dan Juni 2024, terjadi deflasi akibat bahan makanan dan minuman. Sektor ini banyak bersentuhan dengan UMKM. Deflasi ini juga satu pertanda terjadinya penurunan daya beli masyarakat.

News Feed