FAJAR, MAROS-Desa Moncongloe di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, menjadi sasaran kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang diselenggarakan oleh Tim Pengabdi DRTPM Dikti pada Kamis, 4 Juli 2024. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan tujuan menurunkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah tersebut.
Tim Pengabdi yang dipimpin oleh Dr. Yuliati, ST, M.Kes, dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Muslim Indonesia (UMI), bersama dengan Idhar Dharlis, SKM, M.Kes, dosen Kesehatan Masyarakat dari Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI), memberikan edukasi kepada kader kesehatan lingkungan di Desa Moncongloe.
Edukasi ini mencakup penerapan teknologi tepat guna dalam filtrasi air sumur bor dan pemanfaatan tanaman jeruk nipis serta sereh sebagai upaya preventif untuk menurunkan angka kasus DBD.
Menurut Dr. Yuliati, kegiatan ini didukung oleh pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (DRTPM Dikti) tahun 2024. Desa Moncongloe dipilih sebagai percontohan penerapan teknologi tepat guna dalam pembuatan spray dan lotion anti nyamuk.
“Kulit jeruk nipis mengandung bahan aktif seperti tannin, yang dapat mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma, dan saponin, yang dapat menghambat DNA-polymerase. Selain itu, jeruk nipis juga menghasilkan minyak atsiri yang dikenal sebagai citronella oil, yang memiliki sifat sebagai pengusir nyamuk,” jelasnya.
Minyak sereh wangi (Cymbopogon nardus), yang juga mengandung komponen geraniol (20-40%), citronellal (25-50%), dan citronellol (10-15%), dimanfaatkan dalam pembuatan lotion dan spray ini. Aroma dari minyak atsiri tersebut efektif digunakan sebagai repelen atau penangkal nyamuk.