MAKASSAR, FAJAR – Kurs rupiah terguncang. Dolar melaju kencang.
TIDAK demikian dengan warga Sulsel. Meski tekanan dolar Amerika Serikat alias USD begitu kuat, masyarakat Sulsel terlihat tidak resah. Ekonomi berjalan normal.
Sulsel menjadi salah satu daerah yang dianggap masih tangguh dari gempuran nilai tukar yang melemah. Padahal, nilai tukar rupiah sempat tembus Rp16.400 per USD, bahkan di atasnya.
Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulsel pada 1 Juli, juga telah merilis, tingkat inflasi Sulsel kurun Juni berada di angka 2,03 persen (yoy), dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 105,84. Ini lebih rendah dari inflasi nasional yang ada di angka 2,51 persen.
Meski rupiah sedang dalam kondisi lemah, masyarakat Sulsel justru tetap merasa hepi dan baik-baik saja dengan kondisi ini. Hal itu ditandai dengan aktivitas ekonomi masyarakat yang tetap stabil. Bahkan, masyarakat Sulsel tetap ”pesta” di tengah lemahnya nilai tukar rupiah.
”Lihat saja, mal masih penuh, warung kopi ramai, pasar tetap normal,” beber pakar keuangan Sutardjo Tui kepada FAJAR, Rabu, 3 Juli.
“Malah jumlah mobil terus bertambah. Makassar ini macetnya bukan main. Artinya, masyarakatnya masih banyak yang bisa beli mobil, motor, dan kendaraan yang lain,” sambungnya.
BI mencatat, per hari ini nilai tukar rupiah masih tetap tinggi di angka Rp16.465,92 per USD. Ini menjadi penanda bahwa nilai tukar rupiah terancan jebol besar-besaran. Bahkan Sutardjo memprediksi, nilainya bisa tembus angka Rp18 ribu per USD.
Ini menjadi bagian dari akibat pembebasan pajak jual beli kendaraan yang masif, sehingga jumlah kendaraan meningkat. Kondisi ini akan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM).