English English Indonesian Indonesian
oleh

Warga Sulsel Cueki Tekanan Kurs, Rupiah Lemah Mereka Pesta

”Sehingga, jumlah mobil kian banyak, kebutuhan BBM meningkat, dan gelontoran subsidi semakin besar. Ditambah lagi dengan utang luar negeri yang besar, ekspor lemah dan impornya jor-joran,” tuturnya.

Kondisi ini memicu meningkatnya kebutuhan dolar. Ditambah lagi, The Federal Reserve (The Fed) tidak kunjung menurunkan suku bunga acuan. Sehingga, likuiditas bertambah dan inflasi bisa naik.

”Kondisi ini memicu kebutuhan dolar juga bertambah besar pada Juni, Juli, Agustus, ditambah bunga Fed tidak kunjung turun, bertahan di kisaran angka 5,25 sampai 5,50 persen. Maka tidak heran kalau likuiditas bertambah dan inflasi naik. Itulah kenapa dolar susah dibendung,” ungkap Sutardjo.

Dengan begitu, solusi yang bisa dilakukan untuk saat ini adalah menghentikan impor kebutuhan barang, termasuk pasokan untuk IKN. ”Solusinya tingkatkan ekspor dan hentikan impor. Besi-besi untuk IKN itu stop dulu, apalagi kalau beras, produksi dalam negeri saja dinaikkan,” imbuhnya.

Namun begitu, hal ini tidak berlaku untuk Sulsel. Sebab Sulsel punya daya tahan yang kuat, ditopang dengan kekuatan ekspor yang stabil. Sehingga, dolar tidak menjadi masalah besar untuk warga Sulsel.

”Kalau Sulsel tidak perlu gelisah dengan dolar karena ekspornya lebih besar. Jadi masyarakat Sulsel ini diuntungkan dengan naiknya dolar. Karena Sulsel ini bukan cuma bertahan, tetapi pesta pora,” jelasnya.

Sektor pangan dan pertambangan menjadi indikator paling kuat menyelamatkan Sulsel dari gempuran melemahnya rupiah. Sebab, dua sektor itu yang mampu mendongkrak ekspor Sulsel dalam beberapa tahun belakangan ini.

News Feed