Kedua, ada juga yang telah diberi kesempatan oleh partai untuk bersosialisasi dan meningkatkan elektabilitas, tetapi hal tersebut tidak tercapai.
Ketiga, yang menguji dukungan pasca-kekalahan pada Pileg. Motifnya pragmatis, ingin balik modal pascagagal waktu jadi caleg.
“Ketiga tipikal ini akan perlahan-lahan hilang dari konstelasi Pilwali, bahkan sangat mungkin muncul nama baru sebelum penetapan. Figur yang selama ini tidak pernah bersosialisasi,” tuturnya.
Baru Awal
Belakangan ini ada beberapa nama ramai yang diperbincangkan akan memilih mengalah dan menjadi kosong dua pada gelaran pilwalkot ini, salah satunya yang senter di pemberitaan adalah Andi Seto Asapa.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, sebab jika melihat hasil survei memang Seto masih tergolong rendah.
Namun, spekulasi bahwa Seto telah menyerah dalam persaingan sebagai calon wali kota dan memilih menjadi calon wakil wali kota segera dibantah oleh timnya.
Salah satu anggota tim inti Andi Seto, Syarifuddin Dg Punna menegaskan rumor tersebut tidak benar. Kata dia, berita yang menyatakan Seto Asapa telah buang handuk adalah upaya yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan citra.
Peria yang karib disapa Sadap ini juga mengungkapkan bahwa pihaknya menghargai setiap hasil survei yang dirilis, baik dari lembaga profesional maupun internal partai.
Ia mengakui Seto masih berada dalam tahap awal kampanye di Makassar, baru beberapa bulan melakukan kunjungan akar rumput. “Kami justru tidak menyangka hasil survei menunjukkan peningkatan signifikan bagi pendatang baru seperti ASA,” ujarnya.