Ia pun mencontohkan bahwa dalam Al-Qur’an terdapat pemimpin kerajaan yang dijabat oleh seorang perempuan, yaitu Ratu Bilqis dengan kemegahan negeri Sabah yang dipimpinnya. Itulah yang diabadikan kisahnya dalam Al-Qur’an.
“Ratu Bilqis mampu membangun kepemimpinan di Negeri Sabah, sehingga budaya patriarki itulah sebenarnya yang kalau masih dianut menjadi penghambat. Sehingga modal awal yang dimiliki perempuan adalah gerakan perempuan untuk perempuan, diawali dari sini,” urainya.
Termasuk faktor daerah dan budayanya, itu disebut sangatlah berpengaruh. Ia pun melihat situasi politik di Sulsel ini cukup dinamis yang melahirkan banyak figur potensial untuk maju dalam kontestasi. Baik di pilkada kabupaten dan kota maupun di provinsi.
“Untuk faktor daerah itu berpengaruh. Tantangan kita perempuan ada di budaya, kultur patriarki masih melekat, masih ada yang konservatif memahami konteks kepemimpinan perempuan karena melihat masih baru. Ketika perempuan maju di ranah publik, masyarakat kita ada yang responsif terhadap kepemimpinan perempuan dan ada juga yang permisif. Sehingga yang perlu dilakukan adalah mengedukasi, meningkatkan pendidikan politik kepada masyarakat agar memahami dengan baik konteks kepemimpinan perempuan sehingga penerimaannya lebih baik,” bebernya.
*Peliputan ini merupakan kolaborasi antara Konde.co, Harian Fajar, IDN Times, Kompas.com dan Tirto.id Koordinator: Anita Dhewy (Konde.co) Jurnalis: Febriana Sintasari (IDN Times), Irawan Sapto Adhi (Kompas.com), Irfan Amin (Tirto.id), Sakinah Fitrianti (Harian Fajar), Anita Dhewy dan Luviana Ariyanti (Konde.co)