English English Indonesian Indonesian
oleh

Bukaaa, Saya Polisi !

Siang itu, lagi menulis kolom untuk sebuah surat kabar tentang kejahatan. Eh, ternyata kejahatan itu tertimpa kepada penulis. Cukup lama penulis berada di kantor itu. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan, apakah penulis akan dikenakan  penahanan atau dilepaskan. Soalnya sang bos lagi tidak di kantor. Kondisi kesehatan penulis saat itu tidak dalam situasi  yang baik-baik saja. Setelah  menunggu berjam-jam, akhirnya sang bos datang dan penulis diminta menghadap di ruangannya. Saat itu adik penulis seorang pengacara turut menemani.

Sang bos ini ternyata cukup simpatik dan ramah dalam bincang-bincang dengan penulis. Penulis memang lalai karena adanya unsur kemanusiaan menolong seseorang. Seharusnya barang yang akan dibeli dilengkapi dengan bukti surat-surat pembelian. Tanpa bukti surat, patut dicurigai. Singkirkan rasa kemanusiaan, karena bahasa hukum  adalah kaku tidak dapat ditafsirkan. Singkat kata, penulis akhirnya diperkenankan pulang ke rumah dengan jaminan. Barang yang sudah dijual oleh sang pencuri dikembalikan. Uang penulis sudah habis digunakan oleh sang pencuri untuk bermain game online. Pelajaran besar dalam hidup. Harga diri penulis seolah-olah terinjak-injak dengan semena-mena dihadapan APH. Keluarga, istri, dan anak-anak waswas terhadap peristiwa itu.

Peristiwa sebelumnya juga terlontar kalimat seperti judul di atas. Malam itu terdengar suara ribut-ribut adanya pengejaran. Dalam keadaan gelap-gulita pihak pengejar melihat ada bayangan meloncat ke dalam pekarangan rumah penulis. Seseorang meloncat ke atas atap. Terdengar suara ambruk. Ternyata seng rumah penulis jebol karena ada beban  yang berat di atasnya. Penulis terbangun karena kaget. Dengan cepat menyambar sebilah parang untuk menghadapi serangan tiba-tiba dari perusak itu. Tidak lama kemudian  di depan rumah terdengar teriakan bahwa ”kami polisi, jangan bergerak”, katanya. Entah karena terlalu berani, sehingga cepat-cepat menyebut identitasnya. Sambil berteriak-teriak, pistolnya diarahkan ke penulis. Penulis menegur jangan seenaknya mengarahkan senjata. Penulis tidak pernah takut melihat senjata. Karena masa kecil biasa bermain-main dengan segala macam jenis senjata api. Baik itu senjata genggam maupun senjata laras panjang. Penulis tidur berbantalkan senjata dan tumpukan peluru. Ayah penulis pernah diserahi tanggung jawab untuk menangani persenjataan di kesatuannya.

News Feed