BELOPA, FAJAR– Sedikitnya 1.468 hektare sawah di Kecamatan Belopa dan Suli tidak kebagian suplai air. Bendung Radda di Desa Pasamai, Kecamatan Belopa, rusak parah.
Kerusakan itu akibat banjir bandang lalu. Petani mengeluhkan suplai air minim dari pengairan. Jika tak segera ditangani, lahan pertanian akan kekeringan.
“Kita berupaya agar bagaimana PUPR cepat memperbaiki Bendung Radda itu,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Luwu Islamuddin, kemarin. Kalau lambat dikerjakan, antisipasi Dinas Pertanian adalah pompa air dimaksimalkan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Luwu, Ikhsan Asaad mengatakan, rehabilitasi bendung daerah irigasi Radda membutuhkan biaya besar. “Hasil diestimasi tim yang turun ke lapangan meninjau ternyata kebutuhan biaya perbaikan mencapai Rp3 miliar,” katanya.
Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan kunjungan ke sana. Perbaikannya akan ditangani Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan dan Jeneberang (BBWSPJ). Apalagi, itu memang kewenangan balai.
Bendung Radda ditujukan agar dapat mengairi sisa dari persawahan daerah irigasi Bajo yang tidak memiliki suplai air, yaitu Cimpu dan Radda seluas 997,98 hektare.
Luas daerah pengaliran untuk bendung adalah 334 kilometer dengan debit air bendung adalah 586 meter kubik per detik. Ada pun daerah yang tidak teraliri dari Bendung Radda adalah Desa Cakke Awo, Desa Kasiwiang, Desa Malela, Desa Cimpu Utara di Kecamatan Suli. Lalu Desa Senga Selatan dan Desa Radda di Kecamatan Belopa. (shd/zuk)