Oleh: Syafruddin Muhtamar, Dosen Fakultas Hukum, Universitas Muslim Indonesia
Perjalanan yang merentang ruang dan waktu hingga 70 tahun, menjadi angka dari usia sejarah penuh dinamika.
Tidak sebuah bangsa, masyarakat dan negara, pun sebuah institusi pendidikan, jika melewati bentang sejarah itu: akan merasakan dinamika. Antara fase kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, kemajuan dan, bahkan mungkin penyusutan dan juga kestabilan.
Medio, Juni tahun 1954, lima tokoh membubuhkan tanda tangan basah pada secarik kertas. Sebuah piagam, tanda kelahiran institusi pendidikan Islam. Piagam, yang kini usianya genap 7 dekade, menunjuk pada usia Universitas Muslim Indonesia (UMI). Institusi pendidikan tinggi Islam pertama di luar Jawa, pasca kemerdekaan 1945. Bahkan mungkin, tertua di jazirah Sulawesi Selatan.
Bubuhan tanda tangan, dari tangan-tangan mulia pada pendiri UMI di atas kertas, kini tentu sudah memburam menurut usianya. Namun, goresan tinta itu, menorehkan titik awal jalan sejarah, sebuah institusi pendidikan berbasis prinsip Wakaf.
Wakaf sebagai satu laku manusiawi, mengandung motif spiritual tinggi. Menyerahkan harta benda secara ridho untuk kepentingan maslahat kehidupan sosial-kemasyarakatan, menjadi motif dasar eksistensi pendidikan tinggi Islam, UMI.
Sekaligus, menjadi bukti ide dan gagasan mulia para tokoh inisiatornya di masa silam, Dari para alim-ulama, tokoh masyarakat, dan pemangku kekuasaan (raja-raja dan pemerintah nasional), menginisiasi pendidikan Islami bagi masyarakat di Sulawesi Selatan, ketika itu.
Akar Peradaban
Tidak terpungkiri: pendidikan atas manusia menjadi fondasi besar masa depan sebuah peradaban. Pada hampir semua sejarah kemajuan peradaban manusia, dapat dipastikan, pengetahuan menjadi salah satu faktor kunci, yang melandasinya.
Berawal di atas sepetak tanah wakaf, di jalan Kakatua, kota Makassar, UMI, d ibawah satu Yayasan Wakaf, memulai kerja mulianya. Meletakkan dasar- dasar kemajuan peradaban, melalui jalur pendidikan Islami, dari level Pertama, Menengah, hingga Perguruan Tinggi.
Visi mulia itu ditorehkan sejak awal, dan ditegaskan kembali tahun 1994, dalam sebuah akta, dengan bunyi: Yayasan wakaf ini bertujuan mulia dan suci murni: mempertinggi derajat dan syiar Agama Islam, mempertinggi dan memperdalam ilmu pengetahuan dunia dan akhirat dan menyempurnakan pendidikan budi pekerti yang luhur, yang dikaruniakan Allah Swt kepada umat, guna kepentingan kebutuhan masyarakat dan tanah air, ditujukan kepada kemuliaan Agama Allah Swt.
Dengan visi suci itu, akar-akar peradaban diletakkan di atas perencanaan sistem pendidikan dan dakwah modern, berbasis nilai dan akhlak Islami, dalam varian bidang-bidang pendidikan multiplisitas. UMI, menopang visi dan misinya dengan penguatan infrastruktur manajemen dan Sumber Daya Manusia, yang terus menerus di upgrade, berdasarkan dinamika perkembangan dan kebutuhan zaman. Dinamika itu, menuntut institusi, untuk juga terus berbenah dalam pengembangan pilar-pilar inovatifnya, dalam bidang Usaha dan Dakwah, dan Kesehatan dan Dakwah.
Mentransmisikan nilai-nilai Islamia melalui dakwah sebagai core vision, menjadikan UMI, bersifat uniq dalam konteks membangun peradaban manusia. Bahwa nilai-nilai ukhrawi yang termaktub dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw., berkeselarasan dengan fitrah manusia. Yang dengan nilai-nilai itu, bangunan peradaban yang terbentuk, akan dipenuhi rahmat dan kasih sayangNya. sebab fitrah manusia, juga adalah fitrah peradaban.
Asa World Class
Kepak sayap UMI sepanjang 70 tahun, dalam pengabdian, ikut mendorong kemajuan kehidupan Nasional, peradaban masyarakat Nusantara secara umum, dan secara khusus, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di kawasan Timur Indonesia. Layaknya seekor burung perkasa, yang melanglang buana di angkasa raya, bertahan di antara badai dan angin sepoi, melayang dalam ketenangannya yang kokoh. Kini, kembali meneguhkan asanya sebagai World Class University.
Di tengah makin mengecilnya dunia, karena revolusi teknologi dan informasi. Kehidupan global semakin nyata dan makin tegas eksistensinya. Kuantitas dan kualitas kehidupan manusia dalam seluruh lapisannya, juga makin saling memengaruhi. Akibatnya, sulit terhindarkan legacy mengenai ‘standar-standar kehidupan’. Seluruh lapisan kehidupan manusia, bergerak untuk mencapai level-level tertentu, yang ‘diperkenankan’ sebagai bagian dari ‘hukum’ kehidupan global.
Dan world class standart, menjadi pilihan yang tak terelakkan, bagi institusi sosial dan pendidikan bersyarat. Dan yang berpengharapan pada kontinuitas keberadaan, yang dapat diterima di atas gelanggang global.
Dalam konteks demikian, UMI mengambil bagian dalam arus globalisasi, sebagai perwujudan kualitas adaptif dalam dimensi pergaulan dunia. Institusi pendidikan, ‘dipersyaratkan’ memiliki kapasitas global, dalam rangka menopang standar kehidupan yang kini juga, telah makin tegas dalam globalisasinya.
Prasyarat kualitas Internasional, menjadi jaminan. Minimal, koneksitas yang memungkinkan terjadinya kerja sama kolaboratif skala Internasional. Misalnya, melalui Fakultas Hukum, UMI menjalin kemitraan riset dengan Utrecht University Belanda dan National University of Singapore (NUS) Singapura. Atau melalui, Program Pascasarjana (PPs) dan Fakultas Ekonomi, UMI menjalin kerja sama dengan Istanbul Sabahattin Zaim University (IZU) dan Uskudar University Turkiye. Demikian pula desain pola kemitraan global, yang telah dibangun oleh semua fakultas.
Kualitas SDM, merupakan salah satu kunci pokok, menggapai level kapasitas global, dengan standarnya yang tinggi. Ribuan dosen, dengan sejumlah besar yang bergelar Guru Besar, Doktor dan Magister. Dan tenaga kependidikan yang profesional, menjadi modalitas yang makin kokoh, menopang kemajuan dan keunggulan UMI, sekarang dan masa depan.
Selamat merayakan hari lahir yang ke 70 kepada almamater kebanggaan dari ratusan ribu alumni UMI, sejak 1954 hingga 2024. Asa masa depan senantiasa menanti dalam kecerahan yang anggun, mengantar manusia Indonesia menuju peradaban yang paripurna. SM. 04/06/2024 (*)