MAKASSAR, FAJAR — Rupiah terjun bebas. Ada risiko besar menanti jika terus melemah.
Melemahnya rupiah terhadap dolar AS alias USD berpotensi mengganggu kinerja berbagai sektor. Situasi ini mesti diatensi sejak dini, salah satunya dengan menyeimbangkan volume dolar dalam negeri.
“Risikonya secara teknis yaitu capital outflow, yang tentunya menekan rupiah karena mengurangi volume dolar di dalam negeri,” ucap Analis Keuangan Universitas Fajar (Unifa), Wawan Darmawan, Jumat, 21 Juni .
Naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bukanlah hal yang aneh, meskipun saat ini nilainya sedang anjlok. Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh dampak global dan domestik.
Dari sisi global, kondisi ekonomi dunia makin tak pasti. Investor merelokasi asset ke dalam mata uang dolar atau financial asset berdenominasi dolar karena dolar adalah salah satu safe heaven (tabungan aman) yang sangat populer.
Selain itu, peningkatan ketidakpastian global juga memotivasi para eksportir untuk memarkir sebagian besar devisa hasil ekspor yang mereka dapat di luar negeri karena alasan fleksibilitas.
“Hal inilah yang akan mengurangi volume dolar dalam negeri dan menekan cadangan devisa Indonesia, di mana konsekuensi negatifnya adalah depresiasi nilai rupiah,” katanya.
Dari sisi domestik, tekanan rupiah disebabkan oleh kenaikan permintaan valas oleh korporasi termasuk untuk repatriasi dividen, serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan.
Soal langkah yang sebaiknya ditempuh, pemerintah sebaiknya menyeimbangkan kembali volume dolar dalam negeri. “Bisa dengan cara menaikan suku bunga atau menekan peredaran mata uang rupiah,” tutur Wawan.