“Untuk pelemahan saat ini kami melihat lebih disebabkan kenaikan inflasi di Amerika Serikat dan memanasnya suhu konflik di Timur Tengah,” ujarnya.
Perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off, sehingga mata uang negara berkembang khususnya di Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
“Namun kita apresiasi Bank Indonesia merespons cepat dengan menjaga kestabilan rupiah dengan melakukan intervensi,” kata Suhardi.
Dampak yang sangat terasa dengan melemah kurs rupiah adalah harga produk impor yang makin mahal. Karena naiknya harga dolar, tentu barang impor yang dibutuhkan harganya akan semakin tinggi yang bisa berakibat harga di tingkat konsumen akan naik pula.
“Harga produksi pun akan naik yang berakibat naiknya inflasi, daya beli masyarakat akan menurun,” tuturnya.
Maka dari itu, hal yang harus dilakukan sekarang adalah mengurangi impor dan selektif serta berharap intervensi Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
“Kalau dampak positif sebenarnya ada yaitu keuntungan bagi pengusaha pengekspor. Namun tidak untuk warga atau onsumen akhir yang merasakan dampak kenaikan harga,” tuturnya. (sae/zuk)
=====================
Hampir Tembus Rp16.500
Nilai tukar rupiah masih melemah dalam perdagangan akhir pekan ini. Pada perdagangan terakhir Jumat, mengutip Google Finance, rupiah ditutup di level Rp16.463 per dolar AS. Hampir Rp16.500.
Melemah 25,15 poin atau minus 0,16 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya. Sementara itu, mengutip RTI, rupiah ditutup lesu di level Rp 16.441 per dolar AS. Mata uang Garuda ini, melemah 16 poin atau minus 0,10 persen.