FAJAR, MAKASSAR – Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai sangat cerdas dalam memilih pemimpin Sulsel ke depan. Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Dr. H. Hasrullah, MA, mengatakan, Prabowo mengirimkan kader terbaiknya di Sulsel untuk menjadi Calon Gubernur Sulsel.
Menurut Hasrullah, keputusan Prabowo menunjuk Andi Iwan Aras (AIA) sebagai calon gubernur Sulsel, merupakan keputusan yang cerdas, apalagi jika ini disandingkan dengan Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto.
“Pak Prabowo benar-benar menerapkan asas the right man on the right job, menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat. Jelas ini tidak sembrono mengutus pemimpin, bukan kaleng-kaleng. AIA dan Danny Pomanto, jika dipasangkan di Pilgub, jelas tujuannya, untuk masyarakat, bukan untuk keluarga atau golongan tertentu saja,” kata Hasrullah dari Mekah, Kamis (20/6/2024), malam, WITA.
Pakar komunikasi politik Unhas ini, menambahkan, bahwa Prabowo memahami resolving problem Sulsel, karena ia memiliki sumber informasi yang banyak, baik dari partai maupun informasi intelijen. Apalagi, kata Hasrullah, Prabowo pernah menggawangi pasukan baret merah (Kopassus) bergandengan Wadanjen Kopassus, kala itu dijabat, Brigjen TNI Idris Gassing (almarhum) di masanya. “Pasti Prabowo mengerti geo-politik dan budaya politik masyarakat Sulsel,” ujarnya.
Tekad yang kuat dari Prabowo yang ingin memastikan dan memutuskan AIA maju sebagai calon gubernur, menurut Hasrullah, sudah sesuai dengan harapan publik yang menginginkan partai politik benar-benar menghadirkan pemimpin yang kapabel, memiliki leadership yang mumpuni, bukan atas desakan keluarga atau karena punya saudara di posisi penting di pemerintahan.
“Sebagai akademisi dan warga Sulsel, suara hati saya menyampaikan terima kasih, karena Gerindra mengirimkan calon pemimpin yang patut. Skema AIA dan Danny itu, jelas baik untuk Sulsel, bukan baik untuk keluarga dan golongannya saja,” kata hasrullah.
Sebelumnya, Wakil Ketua Gerindra Sulsel H. Najamuddin alias Djojon, mengatakan keputusan mencalonkan AIA di Pilgub Sulsel sudah final. Ia juga menegaskan, bahwa Prabowo telah merestui AIA dan meminta semua jajaran Gerindra, khususnya di Sulsel, untuk turun tangan memenangkan kader Gerindra yang akan bertarung di Pilkada dan Pilgub.
“Lebih penting lagi, saya ingin meneriakkan agar Gubernur Sulsel ke depan bukan lagi pemimpin yang tidak mempunyai prestasi, ditambah dengan miskin ide atau tidak mempunyai wawasan kebangsaan. Yang dia punya wawasan kelompok kecilnya dan memperalat elemen negara untuk tujuan kelompoknya,” ujar Hasrullah.
Mencuatnya nama AIA di Pilgub Sulsel, lanjut Hasrullah, sekejap mengubah peta politik di Sulsel. “Klaim politik pasangan Sudirman Sulaiman – Fatmawati Rusdi bakal diusung koalisi besar yang melibatkan Gerindra dan Prabowo sudah terbantahkan. Saya yakin, Pak Prabowo sekarang sudah memiliki catatan dan skema Pilgub di semua daerah. Jadi, wajar jika yang diutamakan kadernya sendiri, bukan pendatang baru yang baru muncul setelah Pilpres dan menjadi sok lebih Gerindra daripada kader Gerindra itu sendiri,” ujar Hasrullah.
Dosen senior FISIP Unhas ini, juga menanggapi kabar yang beredar pasca pertemuan empat mata antara Mohammad Ramdhan Pomanto atau Danny Pomanto dengan AIA, baru-baru ini di Makassar. Menurut Hasrullah, pertemuan empat mata itu, merupakan awal komunikasi politik untuk membuka ruang kerjasama di Pilgub Sulsel.
“Ini skema yang sangat cantik. Danny itu, jadi Wali Kota Makassar 2019 kemarin, karena diusung Partai Gerindra. Nah, ini jadi kode keras, Gerindra dan Danny akan melanjutkan kerjasama politik di Pilgub Sulsel. Bisa makin cantik ini barang kalau dipasangkan,” ujar Hasrullah.
Meskipun demikian, Hasrullah mengaku tak ingin tergesa-gesa menyimpulkan poros yang ada di Pilgub. “Ini masih dinamis, baru terdeteksi komunikasi politik awal untuk memulai deal politik. Yang pasti, munculnya AIA sebagai usungan Partai Gerindra, itu menenggelamkan pamor Sudirman-Fatma,” ujar dia.
Bahkan, lanjut Hasrullah, saat ini santer berhembus isu, bahwa pasangan Sudirman-Fatma belum mendapat restu dari Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh (SP). Sehingga pasangan ini, menurut dia, masih labil dan rapuh. “Sudah ada tanda-tanda tidak lanjut. Saat mereka menyebar informasi berpasangan, eh, malah ada komplain dari NasDem, ternyata mereka belum direstui SP,” ujarnya.
Selain itu, Hasrullah memperkirakan, Pilgub Sulsel 2024, paling banyak akan diikuti tiga pasangan calon dan potensi head to head sangat terbuka. Mengenai wacana membangun skema kotak kosong karena ada calon yang memboyong semua partai, ditepis oleh Hasrullah. “Itu sama saja menampar para ketum parpol, bahwa mereka bisa disumpal dengan uang sehingga tidak bisa mengusung calon lain,” ucap Hasrullah. (*/)