English English Indonesian Indonesian
oleh

Ahmad Mudyaddad Harom, WNI Penerjemah Khotbah Arafah Saat Wukuf

Sebagian besar maktab menakses khotbah Arafah dari Masjid Namirah. Untuk maktab jamaah haji Indonesia kemungkinan memakai khotib sendiri yang berbeda dengan khotib di Masjid Namirah.

Saat 15 Juni nanti Ahmad tidak ikut ke Arafah. Ia akan menerjemahkan dari Masjidilharam. Jadi ia tidak berhaji tahun ini. “Kebetulan tahun ini tiga hari berturut-turut saya menerjemahkan. Khotbah Jumat, Arafah, dan Iduladha,” kata Ahmad.

Program penerjemah wukuf Arafah ini baru berlangsung lima tahun terakhir. Ahmad kebagian tiga kali di antaranya. “Tujuannya agar nilai penting dalam mimbar paling mulia tersampaikan ke seluruh dunia. Baik kaum muslimin maupun nonmuslim,” jelasnya.

Ahmad bergabung di Masjidilharam sejak 2015. Ia mengikuti tes penerjemah di kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta. Itu adalah kampus binaan Al Imam University, Riyadh.

Lulusan MTs dan MA di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, Lombok Barat, itu adalah lulus fakultas syariah LIPIA. Ia melanjutkan S-2 prodi Ekonomi Islam di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor. Lalu menuntaskan S-3 prodi pendidikan Islam juga di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor.

“Saat mengikuti seleksi penerjemah di LIPIA, saya sudah lulus S-2 dan baru semester 2 di S-3,” kata pria yang lahir pada 1985 di Mataram itu.

Ada lima orang yang lolos seleksi. Mereka berangkat pada 2015 ke Riyadh. Selama sebulan ditempa dulu di kampus Al Imam University. Baru kemudian ke Makkah. Setelah di Masjidilharam, baru ditentukan. Dua orang menjadi penerjemah khotbah di Masjidilharam dan 3 orang di Masjid Nabawi.
Sudah sembilan tahun Ahmad tinggal di Makkah. Oleh pihak kampus mendapat tunjangan tempat tinggal. Ia menyewa apartemen di daerah Jarwal, tak jauh dari Masjidilharam. “Sehari-hari saya naik skuter ke Masjidilharam,” kata Ahmad.

News Feed