Pekerjaan berat Prabowo – Gibran adalah mentransformasi perekonomian Indonesia dari upper middle income ke developed country sebelum memasuki periode ageing population. Atau bertransformasi dari pendapatan per kapita 5.016 dollar AS menjadi 12.500 dollar AS.
Terhambatnya trasformasi perekonomian Indonesia karena lemahnya produktifitas nasional yang tercermin pada Total Factor Productivity (TFP). Hal ini salah satunya tercermin pada total output per tenaga kerja atau rasio antara Gross Domestic Product (GDP) per total pekerja yang hanya 9.151 dollar AS.
Produktifitas tenaga kerja Indonesia lebih rendah dibandingkan Malaysia yang mencapai 25.107 dollar AS, Singapura 99.569 dollar AS, Korea Selatan (Korsel) 56.077 dollar AS, dan China 16.512. Dua negara dengan produktifitas tenaga kerja tertinggi adalah AS sekitar 120.195 dollar AS dan Australia 115.384 dollar AS.
Rendahnya produktifitas tenaga kerja Indonesia berkaitan dengan rendahnya rata-rata pendidikan angkatan kerja yang didominasi oleh keluaran Sekolah Dasar (SD) atau tidak tamat SD. Sementara angkatan kerja dengan pendidikan sekolah menengah dan pendidikan tinggi memiliki proporsi sangat kecil.
Selain itu, kandungan teknologi tinggi dalam barang-barang ekspor Indonesia juga sangat rendah. Skor kandungan teknologi tinggi dalam ekspor Indonesia hanya 43 dari skor maksimum 100, yaitu jauh lebih rendah dibandingkan China 85, India 61, Malaysia 80, Pilipina 78, Korsel 95, Thailand 73, AS 88 dan Jepang tertinggi 100.
Hal ini sejalan dengan besarnya persentase alokasi pengeluaran pemerintah dan swasta nasional untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) terhadap GDP yang hanya 0,3%. Angka ini jauh di bawah standar negara maju, seperti Jepang 3,3%, AS 3,5%, Korsel 4,8%, dan Taiwan 3,6%.