MAROS, FAJAR – Musim kemarau telah tiba. Di Maros, puncaknya akan terjadi pada Agustus.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau di Maros akan terjadi pada dasarian kedua Juni 2024. Bisa juga mulur ke dasarian ketiga.
“Kalau dari database kami yang sudah masuk musim kemarau itu wilayah Takalar dan Jeneponto, kalau Maros perkiraannya sekitar 10 sampai dengan 20 Juni,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Sulsel, Syamsul Bahri, kemarin.
Wajar belakangan ini intensitas hujan sudah mulai berkurang. Kabar baiknya, kemarau tahun ini tidak lagi diperparah El Nino seperti yang terjadi pada 2023. Kala itu, terjadi kemarau panjang dan kekeringan melanda Sulsel.
“Tahun ini, sudah tidak ada lagi fenomena El Nino. Sehingga potensi hujan di musim kemarau tetap ada, tak seperti tahun sebelumnya. Di mana sifat musim kemarau kita di atas normal. Artinya, walau musim kemarau, hujan masih ada meski sedikit-sedikit,” jelas Syamsul.
Untuk puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus mendatang. Saat ini Maros masih berada pada musim peralihan, sehingga itu yang menyebabkan hujan sering turun pada sore hari.
Tak hanya hujan yang turun sore hari, gejala musim peralihan lainnya juga ditandai dengan angin kencang dan petir atau guntur.
Merujuk laporan BMKG, ada 13 daerah di Indonesia diprediksi memasuki musim kemarau. Masing-masing Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Maluku, dan Sulsel.