FAJAR, MAKASSR- Ketua Himpunan Mahasiswa Bidikmisi KIP Kuliah (Himabip) UINAM, Andi Syamsu Rijal tidak membantah soal isu pungutan yang dikeluhkan mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi. Ia menuturkan, pungutan tersebut sebagai iuran.
Iuran digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan dan Program kerja (Proker) Himabip. Dana ini juga, kata dia, digunakan dari penerima beasiswa untuk penerima beasiswa pula.
Apalagi, Himabip melaksanakan event atau program kerja, tidak ada biaya yang dipungut. Semuanya digratiskan kepada penerima KIP yang mengikuti event.
Dalam satu periode kepengurusan, kata dia, setidaknya ada 12 Proker yang dicanangkan. Proker Himabip yang paling menguras dana yakni kegiatan Festival KIP Nasional (Kipnas).
“Nah ini dilakukan tiap tahun, festival Kipnas tahun lalu menghabiskan anggaran kisaran Rp200.000.000. Kemarin kita mengundang kampus-kampus dari luar Sulawesi seperti Malang untuk datang ke sini,” ujarnya.
Dalam kegiatan tersebut, lanjutnya, tidak dimintai sama sekali kontribusi (berupa uang) kepada mahasiswa penerima KIP, sehingga anggaran yang digunakan itu diambil dari iuran.
“Kami buat lomba diskusi antara penerima beasiswa KIP Kuliah seluruh Indonesia. Jadi arah pendanaan untuk tamu dari kampus lain yang diundang,” tuturnya.
Pengalokasian dana, tambahnya, seperti penginapan di Hotel Amaris selama tiga hari, pesertanya kurang lebih 60 orang. Lalu, makannya juga ditanggung.
“Belum lagi membiyai trip peserta ke tempat pariwisata di Makassar. Juga kami danai seluruh panitia beserta volunteer yang terlibat,” lanjut Syamsu.