English English Indonesian Indonesian
oleh

Nenek Fatimah Bertemu Lucky: Kursi Roda, Saksi Cinta di Kota Madinah

MADINAH menebarkan begitu banyak cinta. Kota yang sangat dicintai rasulullah ini terus berulang menorehkan kisah-kisah indah. Berulang-ulang saya menyaksikan kebaikan-kebaikan. Berulang-ulang saya melihat ketulusan dan keikhlasan. Dan saya menemukan di antara semua itu, ada malaikat yang berwujud manusia. Hadir sebagai pelipur bagi mereka yang sedang sedih, lemah dan merasa sendiri di antara ribuan jemaah yang memadati Masjid Nabawi.

Salah satu manusia berhati malaikat itu saya temukan di diri Lucky A Fitri. Petugas haji yang bertugas di sektor khusus Nabawi. Lucky masih sangat muda. Usianya tahun ini baru memasuki 24 tahun. Perawakannya sedang, kulitnya putih bersih. Dia selalu siaga di pos tugasnya jika tidak ada panggilan pertolongan dari jemaah haji Indonesia. Meski masih muda, namun sebuah cerita tentang pertemuannya dengan Fatimah jemaah haji Indonesia di areal pintu 318 Masjid Nabawi menjadi pengalaman yang tidak terlupakan baginya.

Fatimah, jemaah asal Banjarmasin itu, mengingatkan Lucky akan kedua orangtuanya yang sudah lama berpulang. Siang itu, saat bertemu, Fatimah dalam kebingungan. Dia melihat kanan-kiri mencari rekan serombongannya. Namun orang yang lalu lalang di hadapannya tak satu pun yang dikenalnya. Lucky yang melihat dari jauh, menghampiri Fatimah yang ternyata sudah tiga tahun melewati hari-hari dengan kondisi sulit berjalan dan berbicara karena stroke.
Fatimah diajaknya duduk. Lucky mendengar dengan saksama curhatan perempuan beranak tiga ini. Dia menunjukkan foto ketiga anaknya. Dua laki-laki dan satu perempuan. Dua orang sudah menikah. Anak bungsu masih sekolah. Sejak anak pertama dan kedua menikah, Fatimah mengaku kesepian dan sendiri. Anak-anak yang punya kesibukan sudah jarang bertemu.

Di tengah kondisi stroke, Fatimah memenuhi panggilan Allah SWT berhaji. Kondisinya yang lemah tidak menyurutkan semangatnya berangkat ke tanah suci. Baginya berhaji adalah cita-cita yang sudah bertahun-tahun diimpikannya. Namun suhu yang panas dan padatnya manusia yang beribadah di Nabawi membuat gerakannya makin lambat sehingga tidak bisa mengikuti gerakan langkah rekan-rekannya. Dan di hari pertemuannya dengan Lucky, Fatimah lagi-lagi tertinggal, sendirian dan kebingungan. Tapi Allah SWT punya rencana indah untuknya.

Pertemuannya dengan Lucky sebuah berkah. Dan bagi Lucky yang sudah sekian tahun tak merasakan kasih sayang orangtua, merasakan pelukan Fatimah mewakili kehangatan pelukan ayah dan ibunya. “Sejak mengalami stroke saya sebenarnya saya sangat ingin memiliki kursi roda tapi saya tidak memiliki uang untuk membeli kursi roda,” cerita Lucky mengulang kembali cerita nenek Fatimah saat dihubungi Erniwati dari Media centre Haji (MCH) Madinah.
Curhatan Fatimah itu, mengingatkan Lucky pada pesan ayahnya bahwa jika ingin mendapatkan kebahagiaan serta kelancaran rezeki, maka harus sering berbagi dengan orang lain yang membutuhkan bantuan.

Dia pun meminta izin ke nenek Fatimah akan membelikan kursi roda. “Saya serahkan kursi rodanya. Beliau menangis sesenggukan dan memeluk saya. Saya membeli kursi roda adalah spontan,” cerita Lucky. Dia lalu mengantar nenek Fatimah Kembali ke hotelnya. Fatimah tidak lagi merasa sendiri. Lucky memberinya kekuatan. Dan kursi roda itu menjadi saksi. Hatinya berbunga namun hati Lucky jauh lebih berbunga. Dia membayangkan senyum bahagia kedua orangtuanya di atas sana. “Apa yang saya lakukan belum apa-apa,” katanya.

Lucky lantas teringat kepada sosok Senad Hadjic, jemaah asal Bosnia yang ditemuinya di sela-sela tugas di Masjid Nabawi. Laki-laki yang meminjamkannya sebuah buku ini berujar kepadanya “Apabila kamu ingin dimuliakan Allah, RasulNya, dan hamba-hambaNya, maka muliakanlah para tamu Allah.”

Kepada saya, Lucky berujar. Dia jatuh cinta pada Madinah. Kota yang sangat dicintai Rasulullah ini, mampu menghipnotisnya. Dia mengaku mencintai kota ini melebihi kota manapun di dunia. Dan dia sangat bersyukur menjadi bagian dari petugas haji Indonesia 2024. (er)

News Feed