Transformasi dan standardisasi yang dilakukan SPMT turut menurunkan port stay (waktu tunggu pelabuhan) dan cargo stay (waktu tunggu kargo) di pelabuhan. Angka port stay kapal kegiatan bongkar muat curah kering di branch Tanjung Emas Semarang saat ini sekitar dua hari, turun dari yang sebelumnya mencapai tiga hari.
Tak hanya itu, efisiensi operasional pasca transformasi juga ditandai dengan penurunan Berthing Time atau waktu sandar, sebagai contoh di branch Jamrud Nilam Mirah Surabaya yang mencapai 14,8 persen, di mana pada Triwulan I 2023 angka Berthing Time adalah 57,39 jam per kapal, yang turun pada Triwulan I 2024 menjadi 48,88 jam per kapal.
Efisiensi operasi ini juga dapat dilihat melalui penurunan Idle Time dari 6,4 jam per kapal menjadi 3,8 jam per kapal, atau turun drastis sebesar 40 persen.
Ary menjelaskan, dalam upayanya mencapai target 2024, Pelindo akan melakukan serah operasi sejumlah terminal kepada SPMT yang diestimasikan dilaksanakan pertengahan tahun ini.
Sejumlah terminal yang wilayahnya tersebar di seluruh Indonesia ini diharapkan dapat memperkuat kinerja perusahaan dalam mencapai target kinerja tahun 2024 melalui potensi besar yang dimiliki masing-masing pelabuhan.
“Sejumlah strategi telah disiapkan SPMT dalam mendorong pertumbuhan kinerja tahun 2024 melalui sistemisasi dan digitalisasi proses bisnis yang sejalan dengan pelaksanaan transformasi pelabuhan,” katanya.
“Dengan pengembangan infrastruktur dan peralatan pelabuhan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasi, pengembangan operasional terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS) yang bekerja sama dengan BUMN, swasta, atau Kementerian dan Lembaga, optimalisasi aset operasi nonpetikemas yang akan mendorong utilisasi aset; serta pengembangan layanan nonpetikemas tambahan dan ekspansi bisnis seperti ship to ship handling, oil and gas terminal, serta livestock terminal,” ungkap Ary.