English English Indonesian Indonesian
oleh

Belum Legawa dengan Hasil Pilpres!?

Oleh: M. Qasim Mathar

“NKRI Jatuh ke China, Secara Konstitusional”. “Pribumi NKRI bernasib sama persis dengan Melayu Singapura diambil alih orang Cina secara konstitusional jalur Pemilu”… “kekuasaan Cina atas Singapura dipertahankan terus menerus, tidak akan pernah Singapura kembali ke tangan kekuasaan Melayu”. “Bandit Cina yang sempurna menyamar pribumi sebagai sosok merakyat, sederhana, jujur, bersih, mengayomi semua golongan, padahal aslinya sosok serigala”. “NKRI jatuh ke tangan China dengan proses yang sama, pengambilalihan kekuasaan dengan jalur konstitusional”.

Demikian itulah potongan-potongan tulisan yang saya kutip dari medsos. Menakutkan, mengerikan. Respons saya: bertabayyunlah atas semua berita yang terbaca!

Mustagbir Moses, kawan saya ikut merespons: “Terlalu banyak keluh kesahnya sama Cina, baru nda bisa melawan, cuma bisanya nangis dan marah di grup WA”.

Ocehan bahwa Indonesia akan tergadai dan hancur sudah lama dihembuskan. Tapi, tidak terbukti. Termasuk melengserkan Jokowi, sejak jelang pandemi Covid-19, sudah dihembuskan. Setelah Covid, makin kencang hembusan untuk melengserkan Jokowi.

Ternyata Jokowi lebih kuat dari lawan-lawannya dan yang anti kepadanya. Maka, sebaiknya lawan dan anti Jokowi melakukan renungan, apakah mereka tidak sedang menumpuk dosa dengan menyerang terus Presiden dan pemerintahannya?

Seorang kawan, guru besar, menulis: “Jokowi kuat, konon karena didukung konglomerat, Cina, dll. Kalau memang ada kebijakannya melanggar konstitusi dan mengandung unsur kezaliman, berjihadlah melawannya. Insya Allah mendapat pahala, bukan dosa”.

Boleh jadi serangan yang terus dilancarkan kepada Presiden dan pemerintahannya, ada yang keliru,… itulah dosa. Itulah yang diminta untuk direnungkan. Hendaknya tetaplah adil dalam mengkritik. Janganlah seseorang tokoh, yang keluar dari mulutnya kritik melulu. Tak sekalipun ia memuji atas hal positif yang dilakukan oleh orang yang ia kritik. Tokoh yang seperti itu, dalam pandangan saya, telah merusak kehidupan kita bernegara-bangsa. Membutakan mata rakyat untuk melihat banyak hal positif yang sudah dilakukan.

Saya berakhir tahun 2023 ke Bali. Dari Makassar ke Surabaya. Lalu dari Jakarta lewat tol hingga ujung Jatim dan menyeberang ke Bali. Singgah dan menginap di beberapa kota (Jabar, Jateng, Jatim). Melihat warga di kota-kota itu. Kemarin, untuk kali pertama melihat JIS, “panjat” terali pintu untuk bisa nengok hijaunya rumput lapangan. Sehabis Jumatan di Istiqlal, ke Senen ke lapak kapao masakan Padang pinggir jalan… mengamati dinamika orang-orang Jakarta… Ke Bandung naik kereta cepat “Whoosh-Whoosh Yes”, buatan China, alhamdulillah, nikmatnya ya Allah!

Saya menyatakan syukur kepada Allah, semoga karena itu semua, Dia menambahkan kebaikan bagi bangsaku. Tentu saja, ada yang kurang dan buruk. Tapi, yang buruk tidak dominan di negeri ini. Berjalanlah di muka bumi ini, ke negeri-negeri orang. Anda pasti bisa bersyukur dengan negeri sendiri. Sungguh tidak sehat pikiran saya, jika setelah berkeliling di negeri sendiri dan negeri orang, lalu aku bikin statement bahwa Indonesia adalah negeri terburuk. Orang tidak sehat pikiran seperti itu cukup banyak saat ini. Mungkin efek dari belum legawa terhadap hasil pilpres…!?

News Feed