Termasuk yang membuat miris adalah ketika pihak sekolah atau yayasan tidak memperhatikan dan memfasilitasi pengelolaan, diklat dan sejenisnya untuk peningkatan kompetensi guru-gurunya. Sudah gaji minim, tidak ada pula pembekalan kompetensi.
Ohya sedikit catatan, mengetahui gaji guru tidak usah dilakukan dengan cara interview langsung ke pihak guru apalagi yayasan hehe. Sensitif. Tapi cobalah dengan mencari tahu secara mandiri dan informal misal melalui ortu yang anaknya lebih dahulu bersekolah dll. Intinya tidak dengan cara direct to the person.
Nah kembali ke poin, selagi masih jauh hari dan masih ada waktu sebelum menyesali keadaan maka mulai dari sekarang rubah mindset mencari sekolah untuk anak. Jangan sampai kejadian di tengah jalan karena tidak nyaman dengan suasana pendidikan ortu akhirnya maju mundur mau pindahin anak atau ingin komplain dan memberi masukan tapi urung sebab komplain dan masukan yang sudah-sudah kurang mendapat respon.
Pun tentu saja ortu juga tidak bisa terlalu dalam mencampuri “dapur sekolah” sebab setiap sekolah punya ritme berproses dan responsif yang beragam.
Mudah-mudahan dengan cara ini ortu bisa lebih antisipatif memilih sekolah yang terbaik untuk para buah hati. Satu hal kita semua memiliki asa agar ke depan kualitas pendidikan sekolah-sekolah di negeri kita bisa semakin meningkat dan kesejahteraan guru bisa lebih diperhatikan oleh semua pihak yang memiliki wewenang.
Sebuah pelajaran besar dari sejarah luluh lantaknya kota Hiroshima dan Nagasaki di tahun 1945 oleh bom atom AS. Bahwa ketika mengetahui hancurnya dua kota ini maka pertanyaan pertama yang meluncur dari Kaisar Hirohito adalah bukan pada berapa banyak pasukan yang tersisa. Namun, yang sang Kaisar tanyakan adalah berapa banyak guru yang tersisa. Pertanyaan ini awalnya diragukan oleh para jenderal dengan mengatakan bahwa mereka masih mampu melindungi kaisar tanpa bantuan guru. Justru sang Kaisar memiliki pendapat hancurnya mereka karena mereka tidak belajar. Jika tidak belajar maka bagaimana mungkin bisa bangkit dari keadaan saat itu. Dan benar kurang 50 tahun Jepang bangkit dan sekarang menjadi salah satu kiblat industri, ekonomi dan ilmu pengetahuan sains dan teknologi di dunia. Sungguh perhatian sang Kaisar dan tentu saja kualitas guru di Jepang tidak main-main.