FAJAR, MAKASSAR — Prof Salim Said, tokoh pers Indonesia itu boleh telah tiada. Akan tetapi, semangatnya untuk Indonesia lebih baik ke depan akan terus menggema. Ada banyak pesan dan buku yang telah diterbitkannya.
Berdasarkan catatan Wiki; awal kehidupan dan pendidikan Salim, dimulai 10 November 1943 di sebuah desa bernama Amparita, sebuah wilayah yang pada saat masa Hindia Belanda merupakan bagian dari Afdeling Parepare (saat ini menjadi bagian dari Kabupaten Sidenreng Rappang). Itu adalah tanah kelahirannya.
Beranjak dewasa, Salim mengikuti pendidikan di Akademi Teater Nasional Indonesia (1964-1965), Fakultas Psikologi UI (1966-1967), tamat Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (1977), dan meraih Ph.D. dari Ohio State University, Columbus, Amerika Serikat (1985). Di sini, ia meraih tiga gelar sekaligus, yakni magister Hubungan Internasional, Ilmu Politik, dan doktor Ilmu Politik.
Sepanjang kariernya, Salim Said pernah menjadi redaktur Pelopor Baru, Angkatan Bersenjata, dan majalah Tempo (1971-1987). Salim juga tercatat mengajar di Sekolah Ilmu Sosial dan menjadi anggota Dewan Film Nasional.
Sebagai anggota dari Dewan Film Nasional dan Dewan Kesenian Jakarta, ia sering berpartisipasi dalam diskusi tentang film, sejarah, sosial dan politik Indonesia dalam tingkat nasional maupun internasional.Hasil karya buku yang ia tulis ialah Militer Indonesia dan Politik: Dulu, Kini, dan Kelak, Profil Dunia Film Indonesia dan masih banyak lagi.
Tulisan-tulisannya mengenai sastra dimuat dalam Mimbar Indonesia, Bahasa dan Budaya, Horison, Budaya Jaya, dan lain-lain. Selain itu, ia juga banyak menulis tentang film. Bukunya yang tentang film berjudul Profil Dunia Perfilman Indonesia (1982). (bs/*)