FAJAR, MADINAH-Jemaah tersesat menjadi warna perjalanan haji. Kasus lupa arah pulang ke hotel terjadi setiap hari, khususnya pada saat jemaah bubar salat di Masjid Nabawi.
Umumnya yang tersesat berusia lansia. Ada yang tersesat berombongan ada perseorangan. Bagi petugas haji Indonesia, mengantar jemaah tersesat memiliki seni dan sensasi tersendiri.
“Ada rasa bahagia ketika jemaah berhasil kami pertemukan dengan keluarga atau rombongannya. Terharu ketika mereka memeluk kami dan mengucapkan terima kasih. Padahal itu kan sudah tugas kami,” cerita Khairina, anggota Media Centre Haji (MCH) Daerah Kerja Madinah.
Tim MCH yang tergabung dalam kelompok 2b, Rabu, 15 Mei 2024, kembali menemukan lima jemaah lansia yang nyasar di pintu gerbang nomor 326 Masjid Nabawi usai menunaikan salat zuhur.
Empat orang berasal dari kloter 01 Cianjur, Jawa Barat. Namanya Eni Nuraeni, 62 tahun, Yaya Wiyati, 60 tahjn, Lathifah, 59 tahun, dan Hety Kusmaryati, 56 tahun. Satu orang berasal dari Bojonegoro Namanya Siti Maryam, usia 71 tahun. Mereka terpisah dari rombongan usai melaksanakan salat zuhur.
Di bawah panas terik 39 derajat celcius, keempatnya kebingungan di tengah kerumunan orang. Saat melihat kami yang berseragam petugas, ke empatnya langsung mendekat dan bercerita bahwa mereka tersesat.
“Kami tidak tahu kemana arah pulang,” kata Eni Nuraeni yang diiyakan ketiga rekannya yang juga kebingungan tidak tahu jalan pulang.
Beruntung, mereka ingat nama hotel, Andalus. Kami pun berinisiatif mencari di google maps. Eni dan rekannya juga tidak ingat mereka masuk pintu nomor berapa ke Nabawi.
Petugas berinisiatif mencari nomor handphone ketua kloter 03 Cianjur dan menghubunginya. Aktif. Sayangnya dia tidak bisa menjemput karena sedang rapat. Dia mengatakan akan mengutus seseorang. Namun hingga hampir setengah jam menunggu, orang yang diutus belum muncul.
Hety, salah satu dari lansia tersesat itu menyodorkan nomor keluarganya yang juga satu rombongan dengannya. Nomor tersebut aktif. Dan kami akhirnya sepakat bertemu di pintu gerbang nomor 327 Masjid Nabawi.
“Saya tunggu ya bu di Pintu Gerbang 327,” kata pria bernama Suryadi. Kami pun mengantar ke sana. Beberapa menit kemudian, Suryadi menelpon lagi ke petugas. “Ibu kok lama,” katanya dengan nada agak tinggi.
Kami menjelaskan bahwa jemaah tersesat berusia lanjut. Langkahnya pelan apalagi di bawah paparan sinar matahari yang sangat terik. “Sabar Pak. Mereka lansia. Langkahnya gak bisa cepat,” kata petugas melalui telepon.
Saat tiba di lokasi yang dijanjikan, Suryadi mengomel dan memarahi ibu-ibu yang tersesat. “Jangan dimarahi pak. Kasihan mereka. Lelah dan lapar,” ujar petugas.
Endingnya selalu mengharukan. Empat ibu lansia tadi memeluk kami, mencium sembari mendoakan hal-hal baik.
“Terima kasih nak. Saya doakan kalian sehat dan banyak rezeki. Baik-baik dalam menjalankan tugas,” kata mereka nyaris kompak. Lelah kami seketika hilang. Tidak terasa, air mata menetes mengaminkan doa mereka. (er)