Kepala KKHI Madinah dr Karmijono menjelaskan, jemaah yang dirawat di HCU biasanya mengalami stroke, shock hipokolemik, dan shock kardiogenik.
KKHI akan memberikan layanan maksimal 3×24 jam. Namun jika berdasarkan pengamatan pasien bersangkutan membutuhkan perawatan lebih intensif maka akan dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi.
Karmijono menambahkan, jemaah haji harus mempertimbangkan kondisi di Arab Saudi yang berbeda dengan kondisi di Indonesia. Dia mengimbau agar jemaah mengutamakan kesehatan. Ibadah yang sesungguhnya di Armusna. “Jangan paksakan diri di awal-awal. Simpan tenaga untuk di Arafah, Musdalifah dan Mina,” tegasnya.
Hindari Air Dingin
Jemaah haji diimbau untuk tidak menahan kencing atau pipis. Makin sering buat air kecil, itu pertanda seseorang sehat. “Jadi jangan bangga jika bisa menahan pipis. Kalau mau pipis langsung cari toilet. Jangan ditahan. Ada jemaah merasa bangga bisa sukses beribadah tanpa gangguan kencing,” kata Kepala KKHI Madinah dr Karmijono.
Menurutnya, jika tidak ada keinginan buang air kecil adalah tanda seseorang dehidrasi. Maka harus banyak minum apalagi di kondisi suhu yang panas. Di Arab Saudi, jemaah akan jarang berkeringat karena pengaruh suhu dan kelembaban. Jemaah lanjutnya, harus mengatur pola minum agar tidak dehidrasi.
Perjalanan penyakit kronis di Indonesia, kata Karmijono, tidak banyak dipengaruhi suhu dan kelembaban udara di Arab Saudi. Karmijono menganjurkan jemaah minum air yang tidak dingin karena air itu bisa diterima dengan suhu tubuh sehingga tidak terlalu kontras. (er/ham)