Efektivitas kerja sama yang diperlihatkan dari garapan tari ini tentu tidak terlepas pada manajemen produksi yang berbasis pada kearifan lokal. Semuanya masih berlandaskan pada kegotong-royongan. Beberapa departemen terlihat masih terbuka untuk mengerjakan kebutuhan departemen lain yang dirasa masih butuh bantuan.
“Kami saling terbuka dan menutupi kekurangan-kekurangan di lapangan, sehingga kebersamaan yang tumbuh dalam produksi tari ini ialah spirit gotong royong, hampir tiap kali kami produksi selalu menggunakan tim yang kurang namun bisa selesai dengan kebahagiaan”, ungkap Amin D.B.
“Di sisi lain, harapan dari kami di tim pemusik Tari Kolosal ini, dapat mengisi dan menghidupkan ruang-ruang kreatifitas teman-teman khususnya di lingkungan Takalar, sehingga tidak menghentikan gerak kita dalam menggali kebudayaan setempat untuk dijadikan sebuah karya dalam ragam media seni. Takalar masih punya banyak artefak budaya yang sayang jika tidak kita telusuri kembali dalam rangka melestarikan pengetahuannya.” ungkap Firman Lalla tim pemusik Tari Kolosal. (*)