“Hasilnya, kami mendapat enam poin. Satu poin dari putaran pertama, tiga poin dari putaran kedua, dan dua poin dari putaran ketiga. Kami menutup perdebatan hari pertama dengan perasaan puas. Karena kami telah melakukan yang terbaik,” terangnya.
“Menurut saya, ini masih batas wajar kesulitannya pada debat hari pertama. Tidak terlalu susah, tapi kembali lagi bahwa keberuntungan itu ada pada diri masing-masing. Dan lawan debat untuk kali ini juga lebih banyak dan dari berbagai daerah. Bahkan ada dari luar Pulau Sulawesi,” imbuh Gea, rekan Rifky.
Gea memaparkan, meskipun tingkat kesulitan debat hari pertama tergolong wajar, bukan berarti mereka boleh lengah. Keberuntungan memang berperan, namun persiapan dan kegigihan dalam berlatih adalah kunci utama.
“Kemenangan tidak diraih secara instan, melainkan melalui dedikasi dan kerja keras dalam mengasah kemampuan argumentasi, riset, dan penyampaian gagasan,” tandasnya. (*)
Oleh:
Julia Nada Murni
Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris
Fakultas Ekonomi dan Ilmu-Ilmu Sosial Unifa Makassar
Saat ini sedang menjalani Program Magang di Harian FAJAR