Dr. Nani Harlinda Nurdin, M.Si (Dosen Ilmu Administrasi Publik, Universitas Indonesia Timur)
SEBUAH revolusi dalam kampanye politik telah terjadi, dimana platform hiburan yang berlabel Tik Tok telah berubah peran yang cukup mempengaruhi lanskap informasi. Tik Tok dengan format video pendeknya, memungkinkan pengguna dengan cepat dan mudah mengkonsumsi konten politik dalam format yang menarik dan menghibur. Di tahun politik ini, Tik Tok telah menjadi kanal yang digunakan baik oleh individu maupun kelompok politik untuk menyebarkan pesan, mempromosikan gagasan, dan mempengaruhi opini public. Data yang dilansir oleh Statista pada pertengahan Mei 2023 menyebutkan bahwa pengguna terbesar Tiktok adalah Amerika dengan jumlah pengguna sekitar 117 juta pengguna. Indonesia berada diurutan kedua pengguna terplatform video social yang sangat popular ini sebanyak 113 juta pengguna, menyusul Brasil sebanyak 85 juta pengguna yang menonton video pendek tersebut. Nah, melalui algoritma dan kemampuannya dalam mengkategorikan konten, Tik Tok juga dapat membentuk filter bubble yang memengaruhi cara pengguna melihat dunia politik.
Tik Tok menyajikan konten kepada pengguna berdasarkan preferensi dan perilaku mereka. Ini dapat menciptakan efek filter bubble, di mana pengguna hanya terpapar pada sudut pandang dan opini tertentu, memperkuat keyakinan yang sudah ada dan mendorong polarisasi opini. Pengguna mungkin tidak terpapar pada sudut pandang yang berbeda atau informasi yang bertentangan, membatasi pemahaman objektif tentang isu-isu politik, tetapi dapat mengakibatkan terciptanya ekosistem informasi yang terfragmentasi, di mana pemahaman yang komprehensif dan kritis tentang isu-isu politik menjadi terhambat. Sebagai akibatnya, polarisasi opini semakin diperkuat dan kesempatan untuk berdialog dan mencapai pemahaman yang mendalam tentang perspektif yang berbeda semakin terbatas. The New York Times dalam rilis beritanya menyebutkan bahwa Tik Tok telah menjadi tempat yang sangat berpengaruh untuk pembentukan ideologi, aktivisme politik, dan trolling serta menarik minat kampanye