FAJAR, SENGKANG – Masyarakat di Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo membutuhkan uluran tangan pemerintah. Usai banjir, korban diperhadapkan lumpur.
Hal itu disampaikan oleh tokoh masyarakat Kelurahan Siwa Kecamatan Pitumpanua, Rukman Nawawi saat ditemui dikediamannya di Jalan Makmur, Sabtu, 4 Mei.
Kata dia, banjir setinggi 1,5 meter menggenangi rumahnya, air berwarna cokelat kemudian mulai surut sekitar pukul 03.45 wita dini hari.
“Subuh air mulai surut. Tapi meninggal masalah bagi warga, karena banjir membawa lumpur setinggi mata kaki di rumah-rumah warga,” ujarnya.
Kondisi tersebut menyebabkan masalah baru bagi masyarakat terdampak banjir. Warga kesusahan mengeluarkan lumpur dari dalam rumah.
“Jangankan air bersih, air kotor (selokan, red) tidak ada bisa dipakai untuk semprot lumpur. Khusus hari ini masyarakat butuh sekali air,” ucapnya.
Selain bantuan air. Masyarakat juga kata dia, membutuhkan makan siap saji.
“Tidak ada warung-warung terbuka, karena mereka juga terdampak banjir. Tidak ada dijumpai makan yang bisa di beli,” tuturnya.
Hujan dengan intensitas lebat mengguyur wilayah Wajo sejak 29 April lalu. Bencana banjir kini meluas di 8 kecamatan di Wajo. Terbaru Kecamatan Pitumpanua dan Keera pada Jumat, 3 Mei kemarin.
8 kecamatan itu yakni, Kecamatan Penrang, Sajoangin, Takkalalla, Majauleng, Tanasitolo, Belawa dan terbaru di Keera dan Pitumpanua.
Banjir di Keera dan Pitumpanua, karena Bendung Awo di Desa Awota, Keera tidak bisa menampung debit air.
Selain hujan, air dari hulu (Sidrap, red) dan Luwu masuk ke sungai yang melintas wilayah Keera dan Pitumpanua kemudian menuju ke laut Teluk Bone. (man)