FAJAR, GOWA-Suaraka Tinambung bisa menjadi pilihan liburan di akhir pekan. Datang bersama teman, keluarga, hingga komunitas. Letaknya di Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Sulsel. Jarak tempuh dari Kota Makassar hanya sekitar 60-90 menit. Lokasi yang dikenal sebagai Wisata Puncak Tinambung dengan ketinggian 1.500 mdpl ini hanya berjarak 30 kilometer dari Sungguminasa.
Mengunjungi lokasi wisata ini dengan akses Makassar menuju Samata, pilih jalan menuju Jalan Poros Malino. Saat SPBU di poros tersebut dekat persimpangan, berbelok arah ke kanan menuju Jembatan Sapaya. Jembatan Sapaya merupakan jembatan yang menghubungkan Bili-Bili dengan Sapaya. Jembatan pada tahun 2019 itu rusak karena banjir bandang. Tetapi, jembatan kayu ini sudah kondisi baik meskipun saat melintas butuh antre. Ikuti saja jalan tersebut hingga menuju Desa Bissoloro. Bisa juga menggunakan google maps untuk membantu. Jalan ke sana memang menanjak dan berkelok, tetapi jalan sudah beton dan beraspal.
Di sepanjang perjalanan akan disuguhkan pemandangan alam dari atas ketinggian. Di sisi kiri dan kanan ditemui sawah dan ladang jagung. Jika sudah mendapat hutan pinus, artinya sudah tiba di Desa Bissoloro. Di desa ini, sejumlah lokasi camping boleh menjadi pilihan. Semuanya berada di tengah pinus. Lokasi camping pertama di sebelah kanan, namanya Puntiung, lokasi camping kedua yang jaraknya sekira 1 kilometer Hutan Pinus Rita Malompoa, dan lokasi ketiga barulah Suaraka Tinambung, jarak lokasi dari Rita Malompoa tak sampai 1 kilometer.
Di Suaraka Tinambung, bila pengunjung tiba sore hari, pemandangan sunset akan dinikmati. Itu jika tak hujan. Kita pun bisa camping di lokasi ini atau sekadar menikmati kopi di cafe di lokasi tersebut. Masuk ke lokasi biaya terjangkau, yaitu, kunjungan 10 ribu, camping ground 25 ribu hari biasa dan akhir pekan 35 ribu. Tak perlu khawatir bila tak membawa tenda, sebab pengelola sudah menyiapkan tenda dan pengunjung dapat menyewanya.
Sisa pilih tenda untuk kebutuhan dari 2 orang hingga 6 orang dengan biaya 100 ribu sampai 130 ribu per tenda. Paket grill dan BBQ juga disiapkan, tetapi butuh biaya tambahan. “Kalau pengunjung misalnya tidak membawa tenda, kami sediakan di sini. Ada sekitar 20 tenda,” kata Pendiri Suaraka Tinambung, Daeng Tiro.
Daeng Tiro sebut Suaraka mulai dibuka sejak tahun 2017. Suaraka memiliki arti ‘ramai’. Saat merintis, warga di sekitar banyak bertanya-tanya dan ragu. Apalagi, lokasinya baru sekadar tanah kosong. Akan tetapi, Daeng Tiro tetap melihat peluang dengan memanfaatkan adanya hutan pinus dekat lokasinya. Itu menjadi daya tarik.
Mulanya hanya membuat fasilitas WC. Diikuti menanam pohon agar rindang dan sejuk. “Dari situ kita tata sedikit-sedikit, berproses hingga bisa dilihat sampai sekarang. Waktu peresmian awal sekitar dua ribuan orang datang. Banyak orang terharu melihat karena, itu kendaraan banyak sekali waktu itu. Antre sampai satu kilometer,” kenang pria berlatar belakang guru ini.
Sekadar diketahui, puncak tinambung Bissoloro diresmikan sebagai desa wisata di Gowa pada Sabtu, 4 November 2017. Saat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa menggelar “Camping Day dalam Rangka Hari Jadi ke-697 Gowa. “Alhamdulillah Gowa kaya akan destinasi wisata. Sebagai rangkaian hari jadi Gowa kali ini kita resmikan destinasi wisata puncak tinambung Bissoloro,” ujar Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan dikutip dari humas.gowakab.go.id.
Daeng Tiro pun akan melakukan pengembangan ke depannya. Itu dengan mengambungkan agrowisata, sebab dia punya lahan sudah ditanami jenis-jenis buah-buahan seperti durian. Pengembangan lainnya, membangun aula agar orang ingin melakukan pertemuan di lokasi bisa diwadahi. Air terjun yang tak jauh dari lokasi Suaraka akan dikembangnya juga. Hal ini agar menjadikan Desa Bissoloro benar-benar dikenal sebagai desa wisata.
Daya tarik di Suaraka ini, kata dia, siswa yang kunjungan karena di bawa sekolahnya tak hanya melakukan camping, tetapi dapat melihat pembuatan gula merah dari aren secara langsung. Wisata sambil edukasi.
Bagi dia, desa wisata ini akan memberikan efek ekonomi bagi masyarakat sekitar. Perputaran ekonomi di desa akan mengikuti. “Saya bahkan sudah menyampaikan kepada Pak Desa agar Bissoloro ini punya ciri sebagai Desa Wisata. Kalau misalnya, dikenal dengan Pinus, minimal di sepanjang jalan itu ditanam pinus. Jadi ketika orang datang, sudah ditahu Bissoloro dikenal dengan pinusnya,” papar mantan wartawan ini.
Sementara pengelola lainnya, Muh Ainul mengatakan, sekarang lokasi ini makin ramai dikunjungi. Mereka mencatat sekitar seribu hingga tiga ribu kunjungan per bulannya. “Itu baik yang kunjungan maupun camping,” ungkap putra sulung Daeng Tiro ini. Di lokasi ini fasilitasnya juga sudah lengkap dari air bersih hingga listrik, camping pun akan aman dan nyaman. (*/ham)