FAJAR, MAKASSAR-Demokrasi Mundur, Oligarki Makmur menjadi topik dalam Festival Keadilan di Universitas Negeri Makassar. Festival tersebut diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Hukum Bisnis FIS UNM di Kampus Gunung Sari, UNM, pada Rabu, 27 Maret 2024.
Hadir dalam acara tersebut aktivis HAM, Hariz Ashar yang juga merupakan Founder Lokataru, serta Fatia Maulidiyanti Koordinator KontraS periode 2020-2023; Founder Rumah Pengetahuan Amartya, Eko Prasetyo; dan Zainal Arifin Mochtar, dosen hukum tata negara dari Universitas Gadjah Mada. Mereka berkontribusi dalam festival keadilan di UNM.
Pada kesempatan itu, Hariz menyampaikan, oligarki dalam konteks pusaran kekuasaan. Oligarki tidak hanya merujuk pada individu atau kelompok tertentu, tetapi juga mencakup praktek-praktek situasional yang terjadi. “Anak muda saat ini sering menjadi target dan alat bagi oligarki untuk menyebarkan praktek-praktek oligarki secara lebih luas,” ungkap Hariz.
Pembicara selanjutnya, Eko Prasetyo, yang mengatakan bahwa Universitas Negeri Makassar adalah kampus pertama di luar Pulau Jawa yang menggelar Festival Keadilan.
Eko juga menyampaikan, jika sebuah kampus cenderung pro-kekuasaan, maka kebebasan akademik anak muda bisa terkekang. Ini terjadi saat kampus mulai terlibat erat dengan kekuasaan politik. Selanjutnya, kampus dapat berubah menjadi pro-pasar, di mana biaya kuliah menjadi mahal sehingga tidak semua orang dapat mengakses pendidikan tinggi dengan mudah.
“Dampaknya adalah tekanan dari kampus yang lebih mendukung modal membuat tidak semua mahasiswa dapat mengakses pendidikan yang berkualitas. Bagi golongan kaya atau oligarki, kampus memberikan fasilitas seperti kelas internasional, fakultas-fakultas bergengsi seperti kedokteran, ekonomi, dan teknik,” jelas Eko. (*/)