PANGKEP, FAJAR- Warga pulau di Pangkep merasa dianaktirikan. Pemerintah membangun rumah sakit di pulau, namun justru vakum.
Sebagian wilayah Pangkep berada di pulau. Bahkan ada yang berbatasan dengan Madura (Jawa Timur) dan Lombok (NTB). Liukang Tangaya, salah satunya. Meski RS sudah ada, malah tak berfungsi sama sekali.
Himpunan Mahasiswa Liukang Tangaya (Himalaya) secara khusus menuntut kepekaan pemerintah mengatasi pelayanan kesehatan (yankes) di pulau. Sudah banyak pasien meninggal karena harus menyeberang provinsi cari RS.
Apalagi, pekan lalu, seorang ibu warga Pulau Sailus, meninggal dengan janin dalam kandungannya akibat RS Sailus yang telah dibangun, tidak beroperasi. Dia hanya dirawat di puskesmas, lalu dirujuk ke Lombok. Dalam perjalanan ke Lombok, sang ibu meninggal.
“Warga pulau yang mau bersalin itu dirawat di puskesmas. Kalau memang rumah sakit berfungsi, kenapa tidak dirawat di rumah sakit langsung. Kenapa perawatan hanya di puskesmas,” ungkap Tery warga Pulau Sailus, Koordinator Lapangan Aksi kala berunjuk rasa di Kantor Bupati, Selasa, 26 Maret.
Selama ini belum ada pelayanan yang terlihat di RS Sailus. Anehnya, ada dokumentasi seolah-olah sedang melayani.
“Kita minta Bupati Pangkep untuk mencopot kepala dinas kesehatan karena tidak mampu menghadirkan solusi terhadap pelayanan kesehatan di pulau. Membangun rumah sakit senilai Rp41 miliar, tetapi tidak difungsikan,” tambah Wahyudi, Ketua Bidang Advokasi dan Investigasi Himalaya Pangkep.
Sayangnya, pada aksi yang digelar di pelataran Kantor Bupati Pangkep, itu tak satupun pimpinan OPD terkait atau perwakilan pemerintah yang datang menemui. (fit/zuk)