Oleh; Suf Kasman, Dosen UIN Alauddin Makassar
Kehidupan di dunia ibarat seorang pengembara yang beravonturir. Maka seorang pengembara wajib mempersiapkan bekal menuju destinasi kampung akhirat.
Ya, berhubung perjalanan ke alam baka merupakan perjalanan jauh sekali. Saking jauhnya, titik kulminasinya tak berujung dan itulah kehidupan yang abadi. Pengelana wajib siapkan bekal yang layak.
Sang Pengembara perlu menyiapkan bekal yang tidak boleh habis selama ekspedisi berlangsung.
Sebuah hadits indah bisa dijadikan bahan perenungan. Diterima dari Sayyidah Aisyah RA: โRasulullah berkata kepadaku, โ๐๐ช๐ญ๐ข ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ข๐ถ ๐ช๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐บ๐ถ๐ด๐ถ๐ญ-๐ฌ๐ถ, ๐ฎ๐ข๐ฌ๐ข ๐ค๐ถ๐ฌ๐ถ๐ฑ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฃ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ญ๐ฎ๐ถ ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐ฅ๐ถ๐ฏ๐ช๐ข ๐ช๐ฏ๐ช ๐ด๐ฆ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ช ๐ฃ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ญ ๐ด๐ฆ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐๐ถ๐ด๐ข๐ง๐ช๐ณ โฆ.โ(HR. Tirmidzi).
Ada keindahan tersembunyi dalam pengarahan mengenai bekal ini. Pengarahan seorang suami kepada isterinya.
Dan ini adalah bimbingan Muhammad ๏ทบ, suami paling agung kepada Sayyidah Aisyah RA, isteri sangat dicintai di antara isteri-isteri yang lain.
Sayyidah Aisyah RA mengulang-ulang, โRasulullah membisikkan taklimat kepadaku. โ๐๐ช๐ญ๐ข ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ข๐ถ ๐ช๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐บ๐ถ๐ด๐ถ๐ญ-๐ฌ๐ถ…โ, maka cukupkanlah bekal-mu dari dunia ini seperti bekal seorang Musafir.
Masya Allah, sabda berombak cahaya. Laksana bintang dan mutiara yang memiliki kebeningan sendiri. โ๐๐ช๐ญ๐ข ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ข๐ถ ๐ช๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐บ๐ถ๐ด๐ถ๐ญ-๐ฌ๐ถ…โ
Wahai Aisyah, berarti tergantung pada kemauan Sayyidah Aisyah RA. Sekaligus Rasulullah ๏ทบ menekankan bahwa semua manusia memiliki kemauan dan bebas menentukan kehendak. Engkau akan bersamaku, menyertaiku di sisi Tuhanku.
Yaitu setelah engkau meninggal, sesudah engkau pindah dari dunia ini. โ๐ค๐ถ๐ฌ๐ถ๐ฑ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฃ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ญ๐ฎ๐ถ ๐ฅ๐ช ๐ฅ๐ถ๐ฏ๐ช๐ข ๐ช๐ฏ๐ชโฆโ