Oleh: Syamril
Rektor Kalla Institute / Direktur Sekolah Islam Athirah
Mobil automatic yang semakin banyak dipakai di era sekarang, hanya punya dua injakan yaitu gas dan rem. Jadi saat awal belajar naik mobil yang dipelajari adalah kapan menginjak rem dan kapan menginjak gas. Salah menginjak rem atau gas akibatnya bisa fatal. Tabrakan dan kecelakaan bisa terjadi jika terlambat menginjak rem atau terlalu kencang menginjak gas.
Antara rem dan gas mana yang paling penting? Mana yang lebih berbahaya mobil yang gasnya rusak atau yang remnya blong? Ternyata banyak kecelakaan terjadi bukan karena gasnya rusak tapi karena remnya blong. Saat melewati jalanan menurun tiba-tiba rem blong maka bisa dipastikan mobil tidak terkendali dan akhirnya masuk jurang atau menabrak kendaraan lain. Kalau gas rusak tapi rem masih berfungsi, kendaraan masih bisa dikendalikan, diperlambat dan dihentikan dengan menginjak remnya. Kendaraan akan berhenti atau tertahan untuk melaju kencang.
Bayangkan Anda membawa mobil yang tidak ada remnya menuju ke tempat tertentu? Jika berjalannya di tengah kota yang ramai dan banyak kendaraan, bisa dipastikan Anda akan menabrak kendaraan lain atau menabrak orang yang ingin menyebrang jalan. Jika Anda ke luar kota Anda tidak akan bisa tiba dengan selamat. Hanya ada dua kemungkinan, Anda tiba di kantor polisi atau tiba di rumah sakit.
Demikian pula dengan kehidupan. Begitu berbahaya jika rem kehidupan ini blong. Akibatnya hawa nafsu tidak akan terkendali. Apapun yang diinginkan harus terwujud. Nafsu syahwat, nafsu amarah, nafsu serakah dan nafsu lain yang membahayakan serta menghancurkan kehidupan menjadi penguasa. Nafsu syahwat yang tidak terkendali maka terjadi perzinahan, pemerkosaan, pelecehan, dan penyimpangan seksual di mana-mana apalagi di era sekarang ini.