Demikian juga dengan perekonomian Inggris yang dinyatakan memasuki fase resesi pada kuartal pertama 2024. Nilai PMI Inggris pada tahun 2023 hingga Februari 2024 selalu lebih rendah dari 50 yang menunjukkan terjadinya kontraksi pada sektor manufakturnya.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah terdapat potensi terjadinya resesi dilihat dari nilai PMI-nya? Nilai PMI Indonesia sejak Januari tahun 2023 hingga Februari 2024 selalu berada di atas 50 yang mencerminkan terjadinya ekspansi di sektor manufaktur.
Nilai PMI yang selalu lebih besar 50 dalam dua tahun terakhir menunjukkan terjadinya ekspansi pada sektor manufaktur Indonesia. Dimana terjadi peningkatan jumlah pemesanan barang, jumlah persediaan yang cukup, kegiatan produksi meningkat, pengiriman barang ke retailer naik, dan pertumbuhan lapangan kerja baru menurunkan pengangguran.
Namun demikian, secara global terdapat situasi yang perlu diwaspadai, mengingat nilai PMI Amerika Serikat (AS) sebagai perekonomian terbesar di dunia secara rata-rata berada di bawah 50 sepanjang tahun 2023. Namun trend-nya positif sejak awal Januari – Februari 2024, nilai PMI AS lebih besar dari 50, mencerminkan ekspansi sektor manufaktur AS.
Tekanan terhadap perekonomioan global relatif kecil karena pada saat yang sama, perekonomian China sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia memiliki nilai PMI secara rata-rata lebih besar dari 50. Hal ini berarti bahwa perekonomian China meskipun melambat namun tetap mengalami pertumbuhan sektor manufaktur.
Akhirnya, perekonomian Indonesia dalam jangka pendek masih akan mengalami ekspansi yang ditunjukkan oleh pertumbuhan sektor manufaktur pada tahun 2024. Hal ini tercermin pada nilai PMI yang diprediksi akan selalu lebih besar dari 50 selama tahun 2024.